Bupati Hadiri Temu SL “Rimba” Petani Karet dan Sawit

Humas Pemkab Dharmasraya — Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Selasa (19/12), menghadiri acara temu sekolah lapangan “Rimba” Petani Karet dan Sawit yang dipusatkan di Kenagarian Sungai Duo,Kecamatan Sitiung.

Hadir kurang lebih 130 petani yang telah mengikuti program sekolah lapangan “rimba” dari 9 Nagari yang ada di Kabupaten Dharmasraya.

Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, dalam sambutannya memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap program yang telah dilakukan ole World Wide Fund for Nature (WWF), Millenium Challenge Account (MCA-Indonesia) dan FIELD Indonesia yang menghimpun para petani dalam program Sekolah Lapangan (SL) “rimba” petani karet dan sawit di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat, dengan motto “petani zaman now, no ribut punya solusi.

“Program ini sangat bagus dan akan kita dukung dan kita kembangkan untuk di Kabupaten Dharmasraya,”jelasnya.

Dikatakan Sutan Riska, dengan adanya metode baru serta program untuk para petani tentu akan menambah pengetahuan bagi para petani sehingga bisa menerapkan pengetahuan baru dibidang karet dan sawit serta menambah penghasilan yang lebih besar lagi dan membuat para petani kita sejahtera.

“Saya mendengar tadi sekilas dari ketua panitia, bahwa dengan program yang telah didapat dari sekolah lapangan ini, dapat meningkatkan produktifitas,”tegasnya.

Sementara itu, Trainer FIELD Indonesia Triyanto PA saat dikonfirmasi sejumlah wartawa mengatakan, SL ini sebetulnya pembaruan dari metode penyuluhan lama. Sebab, pola pendidikan petani dulu justru memposisikan petani sebagai peserta pasif. Sehingga, hanya bisa mendengar informasi dari seorang narasumber yang kegiatannyapun bisa dilakukan satu kali pertemuan.

“SL petani zaman now ini justru dibalik dan komunikasinya dua arah. Dimana, pemandu dan trainer langsung turun kelapangan dan menerima masukan dari petani tentang pola yang diterapkan selama ini,” kata Triyanto.

Setelah mendengarkan masukan petani, lantas dilakukan percobaan-percobaan bersama. “Misalnya, ada masalah di pertumbuhan sawit atau penyakitnya, lalu dilakukan pengobatan. Setelah itu, di cek lagi dalam waktu sepekan hingga dua pekan. Kalau tak ada perkembangan, dicari lagi solusi lain. Jadi, SL ini sistem penyuluhan yang dilakukan berulangkali,” katanya.

Perwakilan FIELD Indonesia lainnya Heriyanto mengatakan, hari temu lapangan SL “rimba” ini dihadiri sekitar 200 orang lebih petani yang tergabung dalam 11 SL yang tersebar di 9 Nagari dari 6 Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya. Termasuk 16 orang pemandu lapangan SL yang juga berasal dari petani karet dan sawit di daerah tersebut.

“Hari temu lapangan ini bertujuan untuk penyebarluaskan informasi tentang pengetahuan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran yang dilakukan di 11 SL,” kata Heriyanto.

Related posts

Leave a Reply