Meski Sulit Dijangkau, Pemerintah Terus Upayakan Listrik Masuk Asmat

MIMIKA – Kabupaten Asmat adalah sebuah kabupaten di daerah pesisir Selatan Papua dengan luas wilayah 29.658 km2 yang dikelilingi rawa, hutan manggrove dan aliran sungai di berbagai sisinya. Sebagaimana julukannya, “Kota Seribu Papan”, Asmat dibangun di atas papan-papan yang ditata rapih. Antar satu rumah dengan rumah lainnya dihubungkan oleh jalan papan sekitar 1,5 hingga 2 meter, cukup kokoh untuk dilewati kendaraan roda dua. Berangsur-angsur, jalan papan itu kini dibangun menjadi jalan beton.

Akses menuju Asmat sangat terbatas dan sulit dijangkau. Pesawat udara hanya menjangkau hingga bandara Timika (Ibukota Kabupaten Mimika). Dari Timika, hanya ada dua pilihan menuju Agats, ibukota kabupaten Asmat, yaitu melalui jalur udara atau laut. Jalur laut ditempuh dengan waktu 8 hingga 9 jam, sementara perjalanan udara ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan pesawat kecil jenis TwinOtter dan Caravan yang berkapasitas 8-10 orang menuju Bandara Ewer. Dari sana, perjalanan dilanjutkan lagi dengan perahu/boat menuju Agats. Perjalanan menyusuri rawa dan sungai itu membutuhkan waktu sekitar 30 menit menggunakan boat.

Sulitnya akses transportasi menjadi salah satu alasan lambannya pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial dan layanan kesehatan di Kabupaten Asmat. Pun halnya dengan ketenagalistrikan, sebagaimana disampaikan Manajer PT PLN (Persero) Area Timika Salmon Kareth di Timika (2/2), saat ini di Kabupaten Asmat PLN telah melistriki 2.374 pelanggan yang tersebar di Agats (2.090 pelanggan) dan Atsj (284 pelanggan). Kantor Pelayanan PLN Agats menyuplai 1.400 kilo Watt (kW) listrik, melebihi beban puncak Agats yang mencapai 1.100 kW. Sementara Kantor Pelayanan Atsj memiliki daya mampu 310 kW dengan beban puncak hanya sekitar 120 kW.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM (2017), masih terdapat 58 desa belum berlistrik di Kabupaten Asmat. Disepakati 40 desa akan dialiri listrik PLN dan 18 desa belum berlistrik sisanya menjadi target program pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) sebagai program pra elektrifikasi.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) sebagai unit satker yang membawahi perihal urusan ESDM di Kabupaten Asmat kemudian mengusulkan sejumlah 922 rumah (1.179 KK) pada 14 desa untuk menerima LTSHE dari Kementerian ESDM dengan pembiayaan APBN tahun 2017. Tantangan untuk pemasangan LTSHE di Asmat adalah karena lokasi desa yang remote dan tersebar, juga harus ditempuh melalui perjalanan laut/sungai.

Sebelumnya, PLN Area Timika pun juga bergerak secara agresif untuk menerangi Asmat dengan memberikan bantuan 601 Lampu Sehen (solar sell) di 5 distrik yaitu Pulau Tiga (200), Sawaerma (150), Joerat (101), dan Agats (150). “Ada 601 lampu Sehen yang disiapkan PLN untuk Asmat yang terdiri dari 4 distrik. Kemarin ini juga karena ada Kasus Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk, ini juga kami prioritaskan desa-desa dengan kasus terbanyak”, lanjut Salmon.

Kondisi Ketenagalistrikan Area Timika

Sejak 1 April 2016, Kabupaten Asmat yang sebelumnya dibawahi PLN Area Merauke, kini berada di bawah pengawasan PLN Area Timika. Peningkatan infrastruktur kelistrikan terus ditingkankan sebagai salah satu program menuju Terang Maluku – Papua 2020.

Secara umum, kondisi Kelistrikan di area Timika bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang beroperasi bergantian selama 24 jam. Area ini didukung 44 unit PLTD yang terdiri dari 10 unit milik PLN dan 34 unit milik swasta.

“Kondisi kelistrikan Timika sejauh ini tidak ada masalah. Kita menggunakan PLTD yang beroperasi siang dan malam. Ada itu 44 unit pembangkit, pegawai kami itu mengawasi terus pengoperasiannya”, ujar Salmon.

Dari 44 unit mesin diesel tersebut, lanjut Salmon, kapasitas terpasang PLTD sebesar 51 MW dan daya mampu listrik yang dihasilkan sebesar 27 MW. “Sebenarnya itu kita ada 48 unit mesin diesel, tapi ada 4 yang mengalami gangguan. Saat ini sedang dalam proses perbaikan dulu. Dari itu semua, kapasitas masing-masing mesin bervariasi, ada 400 kW, 700 kW, juga 1 MW,” kata Salmon.

Walaupun terdapat beberapa mesin yang mengalami gangguan, listrik di Kota Timika dan sekitarnya masih dalam status aman. Konsumsi listrik tiap rumah juga terus meningkat. Salmon mengungkapkan, setiap rumah di Kota Timika bahkan rata-rata telah menggunakan daya 1.300 kVA karena banyaknya masyarakat Timika yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang atau memiliki kios/tempat usaha lain.

Related posts

Leave a Reply