Santri Berperan Kembangkan Industri

Pondok pesantren (ponpes) memiliki potensi dalam mendukung implementasi revolusi industri keempat di Tanah Air. Hal ini berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, di mana salah satu langkah prioritas nasional yang perlu dijalankan adalah memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Selama ini ponpes turut berperan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengingat sudah banyak yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit usaha baik skala kecil maupun menengah, bahkan ada yang memiliki inkubator bisnis,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja di Ponpes Bayt Al-Hikmah, Pasuruan, Sabtu (12/5).

Menurut Menperin, pihaknya tengah gencar melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di lingkungan pesantren, yang dinamakan program Santripreneur. “Hampir 70 persen, pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM. Ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0,” ungkapnya.

Airlangga menambahkan, ponpes berpotensi besar menciptakan wirausaha baru dan menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah (IKM). “Ini tentu anugerah dari Allah SWT yang harus kita syukuri bersama. Potensi kita sangatlah besar dengan ditopang oleh banyaknya kampus dan pesantren di Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain di dunia,” imbuhnya.

Berdasarkan data Kementerian Agama, selama tahun 2014-2015, di Indonesia terdapat 28.961 ponpes yang tersebar di seluruh provinsi dengan jumlah santri lebih dari 4 juta orang. Dari total ponpes tersebut, sebayak 23.331 ponpes atau 80 persen di antaranya berada di 4 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten.

Dengan perkembangan era digital saat ini, Menperin optimistis, para santri mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang. “Untuk itu, santri kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, baik agama maupun wirausaha. Mereka yang mayoritas generasi milenial, juga perlu menguasai teknologi terkini,” tuturnya.

Apalagi, sampai 10 tahun ke depan, Indonesia akan menikmati bonus demografi atau momentum ketika penduduk didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun mencapai 70 persen). “Saat ini, ekonomi Indonesia di peringkat ke-16 dunia. Kami yakin, sesuai aspirasi di dalam Making Indonesia 4.0, Indonesia bisa menjadi negara yang berada dalam 10 besar ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Kemenperin berkomitmen mendukung pengembangan IKM nasional di era ekonomi digital, dengan membangun platform e-commerce yang dinamakan e-Smart IKM. “Kami telah kerja sama dengan sejumlah marketplace dalam negeri untuk memberikan workshop e-Smart IKM ke beberapa daerah di Indonesia. Adik-adik para santri juga harus memanfaatkan peluang ini,” ujar Airlangga.

Hingga saat ini, sebanyak 1.730 pelaku IKM telah mengikuti workshop e-Smart IKM.Sampai tahun 2019,Kemenperin menargetkan dapat mengajak hingga 10 ribu pelaku IKM seluruh Indonesia untuk mengikuti lokakaryatersebut.

“Kami juga akan membangun sentra-sentra teknologi dalam rangka meningkatkan akses IKM terhadap akuisisi teknologi dan memberikan dukungan mentoring untuk mendorong inovasi,” paparnya.

Dirjen IKM Gati Wibawanigsih mengatakan, pihaknya menargetkan 18 ponpes yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada tahun 2018. Ponpes tersebut meliputi delapan di wilayah Jawa Barat, lima di Jawa Tengah, dan lima di Jawa Timur.

“Dalam implementasi Santripreneur ini, kami memiliki dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di ponpes, yaitu Santri Berindustri dan Santri Berkreasi,” jelasnya.

Santri Berindustri merupakan upayapengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh ponpes maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.

Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa ponpes untuk menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini.

Kepada Ponpes Bayt Al-Hikmah di Pasuruan, Kemenperin memberikan sejumlah bantuan untuk pembangunan fasilitas dan mendorong tumbuhnya wirausaha, antara lain dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) berupa keramik yang dibutuhkan senilai Rp550 juta.

Kemudian, Ditjen Industri Logam Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) menyumbangkan sebanyak 50 buah laptop senilai Rp300 juta, atap baja ringan senilai Rp250 juta, pelatihan perbengkelan purna jual serta 1 unit Sepeda Motor dari Astra Honda Motor dan 2 unit sepeda motor PT Triangle motorindo senilai Rp1,2 miliar.

Ditjen IKM memberikan 1 set alat pengolahan roti beserta program bimbingan teknis senilai Rp400 juta. Total bantuan yang diberikan Kemenperin diperkirakan mencapai Rp2,7 miliar

Related posts

Leave a Reply