Jakarta – Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Asrorun Niam Sholeh menjadi nara sumber Forum Pimpinan Kepemudaan, di Media Center Kemenpora, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/4) siang. Forum ini merupakan forum diskusi sebagai inspirasi perempuan Indonesia dalam rangka memperingati Hari Kartini 2018.
Raden Adjeng (RA) Kartini yang lahir di Jepara Jawa Tengah pada 21 April 1879 adalah inspirasi perempuan Indonesia, yang berani menggugat dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang” pada zamannya dan hingga kini merupakan api semangat yang tak pernah padam.
Tokoh emansipasi yang cerdas dan berani menerobos kekangan feodalisme itu, pada tahun ini diperingati yang ke-139 tahun. Sebagai representatif Kartini Zaman Now, para pimpinan kepemudaan mengadakan forum yang membahas tentang sisi-sisi sosok Kartini yang begitu menginspirasi kaum muda khususnya para wanita.
“Kartini bukan saja dikenal sebagai tokoh emansipasi, akan tetapi juga sebagai sosok partisipasi pada usia. Kartini adalah pemuda dan mati muda pada usia 25 tahun. Karena sosoknya yang cerdas, kritis, inovatif dan mau belajar maka meskipun usia muda begitu melegenda sebagai Pahlawan Nasional,” kata Deputi Asrorun mengawali paparannya.
Sisi penting lagi yang dapat dikorek dari kehidupan Kartini adalah ia sosok kritis dan agen perubahan. Kemauan terus belajar dan kegelisahan akan fakta sosial yang dialami kala itu benar-benar mewujudkan sebuah perubahan. Sebagai contoh kegelisahan Kartini yang membaca Al Quran tanpa tahu artinya dan diungkapkan kepada Kyai Sholeh Darat, dan akhirnya Kyai Sholeh Darat menulis terjemahan Al Quran dalam Bahasa Jawa sehingga dapat dipahami banyak orang menjadi cerminan betapa ide besar Kartini membuat lompatan perubahan pada zamannya.
“Kartini kritis sekaligus agen perubahan. Ide besar Kartini yang menggugah Kyai Sholeh Darat menulis terjemahan Al Quran dalam bahasa Jawa sehingga dapat dipahami adalah sebuah perubahan besar yang menerobos kekangan zaman kala itu. Pemuda harus mampu sebagai agen perubahan sosial, apalagi zaman now yang nyaris tanpa batas, jadilah pelopor solusi masalah-masalah kepemudaan dan bangsa seperti bagaimana menggunakan gaget yang bermanfaat, mengembangkan ekonomi kreatif, dan persoalan-persoalan lainnya,” pesannya.
Acara ini diikuti 20 organisasi kepemudaan dan merupakan sesi pertama dari rangkaian diskusi-diskusi selanjutnya yang akan digelar hingga empat kali pada tahun 2018 ini, sebagaimana dilaporkan Asdep Organisasi Kepemudaan dan Pengawasan Kepramukaan Abdul Rafur. Hadir dalam sesi ini, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kreatif Jonni Mardizal, Staf Ahli Bidang Politik Yuni Poerwanti, Asdep Pengelolaan Olahraga Tradisional dan Layanan Khusus Bayu Rahadian, Kepala Biro Humas dan Hukum Sanusi, Penggiat Ekonomi Kreatif Owner Kebab Turki Baba Rafi Nilam Sari.