Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Cipta Karya terus melakukan yang terbaik untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan, terutama sektor bangunan yang merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan. Berdasarkan laporan panel antar pemerintah tentang perubahan iklim pada tahun 2014, sektor bangunan berkontribusi secara luas terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dunia, tidak hanya langsung tetapi juga secara tidak langsung. Karena itu, sektor bangunan dan konstruksi telah menjadi salah satu fokus pemerintah untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo dalam Indonesian-French Seminar on Smart Building yang bertema Building Indonesia’s Future Through Smarter Solutions di Jakarta, Selasa (27/03/2018). “Seperti diketahui bersama, dunia berubah dengan cepat yang berdampak pada lingkungan, misalnya pertumbuhan penduduk secara signifikan, urbanisasi, perubahan iklim, dan sumber daya alam yang menurun,” tutur Sri Hartoyo.
Mengenai masalah itu, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang mengamanatkan bahwa jasa konstruksi harus mempertimbangkan dampak lingkungan dan memerintahkan perlindungan ekologi lingkungan hidup.
“Untuk menerapkan undang-undang tersebut pada Pemerintah Daerah (tingkat kota) Kementerian PUPR mendorong mereka untuk menetapkan peraturan bangunan lokal yang menangani keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan akses dengan menerapkan desain universal, serta pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pembentukan dan implementasi peraturan lokal tentang bangunan akan mendorong semua pemangku kepentingan mengikuti kode bangunan yang sesuai dalam desain, konstruksi, dan operasi bangunan,” kata Sri Hartoyo.
Lanjut Sri Hartoyo untuk mempromosikan kebutuhan desain dan konstruksi bangunan yang berkelanjutan, Kementerian PUPR telah membangun sebuah gedung kantor sebagai proyek percontohan pembangunan gedung hijau. Bangunan hijau ini telah menerima penghargaan tingkat atas nasional dan internasional (ASEAN Energy Award 2000-2014 untuk gedung baru). Diharapkan, dengan uji coba ini dapat mendorong para pemangku kepentingan untuk menyadari manfaat penghematan energi dan air, dan penghematan sumber daya lainnya pada bangunan. “Di tahun-tahun mendatang, kami mengharapkan jumlah bangunan hijau di Indonesia akan meningkat secara bertahap,” ujar Sri Hartoyo.
Sri Hartoyo menambahkan, aplikasi teknologi melalui smart building diharapkan dapat mendukung pembangunan ramah lingkungan. Untuk memulai konsep ini, di luar persiapan Asian Games XVIII, Pemerintah Indonesia telah menerapkan konsep pembangunan cerdas di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang telah menjadi stadion pertama di Indonesia yang memenuhi standar internasional dan dinyatakan sebagai stadion cerdas. Implementasi futuristik ini diproyeksikan sebagai contoh sempurna penggunaan teknologi modern yang diterapkan pada bangunan, sehingga dapat memicu stakeholder bangunan untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam desain dan membangun sebuah bangunan.
Sri Hartoyo berharap melalui seminar ini dapat terjadi pertukaran pengalaman, berbagi informasi, dan pengetahuan tentang teknologi maju dalam bangunan yang berkelanjutan serta layanan konstruksi.