Jakarta, 6 Juni 2018 – Pemerintah Indonesia dan Jepang akan menjalin kerjasama kolaborasi riset pemantauan merkuri di Indonesia. Hal ini disampaikan delegasi Jepang yang dipimpin Hiroshi Ono, Deputy Director General of The Global Environment Bureau, Ministry of Environment Japan (MOEJ) pada forum Indonesia – Japan Bilateral Meeting on Environmental Policy di Jakarta, (24/5).
Indonesia – Jepang Inisiasi Kerjasama Pemantauan Merkuri
Rencana pembentukan Komite Penelitian dan Pemantauan Merkuri Indonesia menjadi salah satu latar belakang inisiasi kerjasama ini. Terkait kebijakan merkuri, KLHK telah mempunyai regulasi dan sumberdaya manusia yang cukup. Meski begitu, perlu adanya revitalisasi peralatan laboratorium yang dilakukan melalui kerjasama tersebut.
“Kami menyambut baik hal tersebut, sehingga perlu dibuat MoU antara pihak Jepang dan KLHK,” ujar Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, Agus Justianto.
Pertemuan bilateral Indonesia – Japan on Environmental Policy ini merupakan implementasi Memorandum of Cooperation Indonesia and Japan yang ditandatangani oleh Menteri LHK dan Minister of Environment Japan di Tokyo, April 2017 lalu.
Pada pertemuan tersebut, kedua belah pihak mendiskusikan kebijakan antar kedua negara terkait lingkungan hidup. Masing-masing delegasi juga memberikan perkembangan status kerjasama yang sedang berjalan dan rencana kerjasama antara KLHK dan Ministry of Environment Japan (MOEJ).
Beberapa agenda lain yang turut dibahas pada pertemuan tersebut, yaitu: Manajemen Kualitas DAS Citarum; Pengelolaan Limbah untuk Kemandirian Energi dan Makanan; Manajemen Merkuri dan Pusat Penelitian & Pengembangan Kualitas Lingkungan dan Laboratorium; Pengelolaan Danau Berkelanjutan; serta Konservasi dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi/Lindung.
Selain itu delegasi Jepang juga mendukung EMC 25th Anniversary yang akan dilaksanakan awal Agustus 2018 nanti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Laboratorium Lingkungan (P3KLL), BLI KLHK, di Serpong. Pada acara tersebut akan dibahas rencana konkrit upaya penanganan pencemaran di DAS Citarum, perkembangan pembuatan guidelines pembangkit energi dari sampah, kerjasama pengelolaan merkuri dan perkembangan pembentukan Komite Penelitian dan Pemantauan Merkuri.