Hari Air Dunia 2018: Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Indonesia Majukan Pengelolaan Air Berbasis Komunitas

JAKARTA, 22 Maret 2018 – Merayakan Hari Air Dunia, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia mengkaji serangkaian program solusi berbasis alam. Tujuannya untuk mencapai kelestarian air tanpa merusak ekosistem alam, sejalan dengan tema Hari Air Dunia 2018 “Lestarikan Alam untuk Air” yang berlangsung hari ini, 22 Maret. Berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah lokal hingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, turut terlibat dalam program ini. Adapun aktivitasnya mencakup penanaman pohon di area hulu, program sanggar sungai, hingga pembangunan yang mengusung prinsip green infrastructure.

Untuk mewujudkan 9 Agenda Prioritas atau Nawacita oleh Presiden Joko Widodo, berbagai upaya telah dilakukan, termasuk membangun 9 bendungan di tahun 2018 ini. Lokasi bendungan yang tersebar di Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Batam, Banten, Sumbawa, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur ini nantinya mampu menampung air hingga 288 juta m³. Demi tercapainya ketahanan pangan, Ditjen SDA juga berhasil membangun lebih dari 500,000 hektar jaringan irigasi baru di akhir tahun 2017, dari total target 1 juta hektar pada akhir 2019.

“Yang perlu menjadi perhatian, sebenarnya setiap proyek ini bertujuan untuk memajukan masyarakatnya,” ujar Imam Santoso Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Indonesia.

Demi mendukung program revitalisasi danau, misalnya, Organisasi Perangkat Daerah merintis Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) di Danau Rawa Pening. Bersama 300 masyarakat dan komunitas lokal, mereka menanam 2,800 pohon di Desa Getasan, hulu Danau Rawa Pening, Semarang, Jawa Tengah, pada akhir 2017.

“Kami menjadikan daerah ini barometer revitalisasi danau. Sebelumnya, lebih dari dua pertiga wilayah di danau ini tertutup tanaman enceng gondok. Bersama masyarakat setempat, kami melakukan susur sungai lalu membersihkannya secara teratur setiap 2 minggu selama 2 bulan. Sekarang, area tersebut telah bersih dari eceng gondok hingga menyisakan 30% saja area yang masih ditumbuhi enceng gondok. Sejak itu, semakin banyak turis yang datang. Bahkan, pada tahun 2017 Pekan Olah Raga Nasional memilih Rawa Pening sebagai lokasi penyelenggaraan lomba dayung. Baru-baru ini, ia juga dipilih sebagai area utama peringatan Hari Air Dunia 2018,” kata Imam.

Mempopulerkan sanggar sungai bersama komunitas lokal

Pengelolaan sumber daya air yang terpadu juga dilakukan oleh sebuah komunitas lingkungan yang berbasis di Jakarta, Komunitas Ciliwung Condet. Secara rutin, mereka menyusuri Sungai Ciliwung, dua kali dalam seminggu. Selain membersihkan sungai, mereka juga mengajak penduduk setempat dan anak-anak untuk belajar bagaimana cara mengelola limbah dengan lebih baik.

Tersebar di lebih dari 10 kota di Indonesia, sanggar sungai juga memberikan ilmu yang berharga bagi penduduk setempat, untuk selalu menjaga sungai dan ekosistem agar tetap bersih dan sehat. Seperti Sanggar Ciliwung, misalnya, saat ini anggotanya mencapai 200 orang. Di tempat ini, anak-anak diajarkan tentang bahaya membuang limbah ke sungai, sekaligus ditunjukkan bagaimana sebaiknya kita membakar dan membuang sampah.

“Awalnya ini menjadi bagian dari program Pemerintah Daerah. Namun, saat ini Kementerian sedang dalam proses mempatenkan program tersebut. Di tahun 2018 ini, misalnya, setiap Balai Besar/Balai Wilayah Sungai di setiap provinsi wajib mengajukan setidaknya satu program sanggar sungai dalam perencanaan tahunan,” tambah Imam.

Lakukan rencana pembangunan dan konstruksi lewat pendekatan green infrastructure

Di balik rencana pembangunan sumber air seperti bendungan, terselip kontroversi tentang cara terbaik mengatasi dampak lingkungan, seperti hilangnya habitat hingga penurunan kualitas air. “Untuk kasus ini, kami menyikapinya dengan pendekatan green infrastructure. Dengan demikian, kami yakin dampak negatif tidak akan terjadi,” tambah Imam.

Green infrastructure merangkum berbagai solusi yang memanfaatkan material dan siklus alam. “Termasuk di dalamnya, pemanfaatan air hujan untuk minum hingga instalasi pengolahan limbah. Untuk infrastruktur di sekeliling sungai, tanggul sungai tidak lagi dengan beton melainkan bronjong atau bebatuan yang ditumpuk dengan kawat penahan. Ini efektif digunakan untuk sungai dengan beban sedimen tinggi. Keuntungan lainnya, kita bisa menanam tanaman hijau di sekeliling bronjong,” kata Imam.

Selain itu, Ditjen SDA juga menerapkan bio engineering dalam mengatasi dampak banjir dan longsor di beberapa tebing sungai. Seperti halnya yang terjadi di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Inovasi bio engineering menggunakan paduan antara bambu, bebatuan, karung pasir dan penamanan tanaman rumput yang berfungsi untuk mencengkeram tanah.

Ditjen SDA berharap bisa menerapkan metode bio engineering bambu ini di wilayah lain. Karena metpde ini ramah lingkungan serta memerlukang anggaran yang relatif lebih rendah. Dengan demikian, manfaatnya dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Demi menjaga kualitas air, Ditjen SDA juga menerapkan restorasi lahan gambut. Termasuk di dalamnya, mendirikan Desa Peduli Gambut yang saat ini sudah mencapai 150 desa yang tersebar di 7 provinsi di Indonesia. Di sini, masyarakat dilatih untuk memulihkan dan membangun kembali ekosistem gambut, yang nantinya berfungsi untuk meningkatkan pertanian dan mengurangi banjir.

“Kami mendorong masyarakat, terutama generasi muda, untuk selalu melestarikan ekosistem air,” kata Imam. Selanjutnya di bulan April, Ditjen SDA akan mengundang seluruh masyarakat sungai dari setiap kota ke Danau Rawa Pening, bertepatan dengan acara puncak Hari Air Dunia 2018. Mereka akan berdiskusi, merencanakan strategi sumber daya air di tahun ini. Selain itu, mereka juga diundang untuk berpartisipasi dalam beberapa kompetisi, mulai seni, sains, hingga Duta Hari Air 2018 yang terselenggara di beberapa kota di nusantara.

Tentang Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA)

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyelenggarakan fungsi: di antaranya Perumusan kebijakan di bidang konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada sumber air permukaan, dan pendayagunaan air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan sumber daya air; pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan sumber daya air; pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya air; pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Related posts

Leave a Reply