Kementerian Perindustrian memfasilitasi pembangunan Bandung Techno Park (BTP) sebagai salah satu pusat riset dan inovasi industri digital di Tanah Air seperti sektor elektronika dan telematika. Langkah ini diharapkan mampu membentuk sebuah kawasan ekosistem bagi pengembangan sektor strategis tersebut agar lebih berdaya saing global dan siap menghadapi era Industry 4.0.
“BTP dapat menjadi sebuah industrial cluster bagi generasi muda kita. Apalagi berbagai perusahaan multinasional di bidang elektronika dan telematika bisa bergabung di sini. Kami berharap pula bisa melahirkan wirausaha industri digital,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peresmian Gedung BTP di Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/1).
Pembangunan BTP yang terdiri dua gedung ini dimulai sejak tahun 2015 di atas lahan seleuas 2.800 m2. Adapun produk unggulan BTP yaitu bus billing, detektor polusi, KWH meter, touchboard, volume detector, agriculture system information management, IP phone, dan USB Key. BTP juga menginisiasi kerja sama dengan electronic and telecommunication research institute (ETRI) Korea, Industrial Technology Research Institute (ITRI) Taiwan, dan HUAWEI.
Menurut Menperin, setelah pembangunan fisik BTP, perlu dilakukan link and match dengan startup luar negeri serta kolaborasi dengan Tsinghua University dari China dan Institute of Technical Education (ITE) dari Singapura. “Kedua universitas itu punya akses langsung ke Silicon Valley. Jadi, ekosistem harus dipacu dan investor bisa memilih dari beberapa pool of talent,” jelasnya.
Pemerintah memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 dengan menargetkan 1.000 technopreneur, valuasi bisnis mencapai USD100 miliar, dan total nilai e-commerce sebesar USD130 miliar. “Backbone-nya research center yang aplikatif, seperti Techno Park ini,” ujar Airlangga.
Selain di Kota Kembang, menurut Menperin, pihaknya juga telahmembangun Techno Park di wilayahlain seperti TohpaTI Center di Denpasar, Inkubator Bisnis IKITAS di Semarang, Makassar Techno Park di Makassar, dan Pusat Desain Ponsel di Batam.
“Ini merupakan wadah penghubung antara pihak akademisi, industri dan pemerintah yang dapat menumbuhkan dan membina startup dalam negeri di bidang teknologi informasi dan komunikasi, terutama animasi, software, dangames,” sebutnya.
Airlangga menyampaikan, Kemenperin telah memetakan lima subsektor industri yang akan menjadi penggerak utama dalam menerapkan sistem Industry 4.0. Selain industri elektronika, empat manufaktur lainnya adalah industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, dan kimia.
“Potensi dari kelima industri tersebut, di antaranya mampu menyumbang sebesar 70 persen terhadap PDB manufaktur, kemudian sekitar 60 persen untuk kontribusi ekspor manufaktur dan 65 persen pada penyerapan tenaga kerja sektor industri,” ungkapnya.
Kemenperin tengah menyusun peta jalan Industry 4.0, di mana kunci penting bagi fondasi industri di Indonesia adalah penggunaan artificial intelligence, internet of things, wearable gadgets, advance robotics dan 3D printing.
“Artinya, implementasi Industry 4.0 itu menjadi masa depan bagi industri kita. Karena penerapannya akan meningkatkan produktivitas dan menekan biaya, yang tentunya akan sangat menguntungkan bagi industri nasional,” tegas Menteri Airlangga.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Harjanto menjelaskan, sektor telematika menjadi salah satu pilar pembangunan industri nasional. Oleh karena itu, dalam kebijakan Kemenperin jangka menengah (tahun 2015-2019), pembangunan Techno Park sebagai wujud program rencana aksi tersebut.
“Dari 23 Techno Park yang resmi menjadi program prioritas pemerintah, lima di antaranya berada di bawah pembinaan Ditjen ILMATE Kemenperin,” ujarnya. Menurut Harjanto, kegiatan di Techno Park, antara lain untuk menciptakan inovasi produk dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri elektorika dan telematika.
“Intinya adalah memfasilitasi sebagai startup development center, research and business development, data center, training and certification center, serta mitra industri. Sehingga nantinya menjadi mandiri dan dapat bersaing dengan industri lain yang sudah mapan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Techno Park ini mampu mendukung pelaksanaan program pendidikan vokasi link and match yang diinisiasi oleh Kemenperin. “Pada tahun 2017, Ditjen ILMATE telah memfasilitasi pelatihan 540 orang di Bandung, Denpasar, Semarang, Surabaya, Malang, Jakarta, Batam, Makassar dan Pondok Pesantren Nurul Iman di Bogor,” papar Harjanto.
Dukung ekonomi digital
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, ada beberapa hal penting yang telah dilakukan Kemeneperin untuk mendukung era ekonomi digital dan Industry 4.0. Upaya tersebut, antara lain adalah penguatan sektor hulu, penguatan dan identifikasi rantai pasok global dan zona industri, penguatan akses pasar melalui program e-Smart IKM, serta mengusulkan pemberian insentif fiskal khusus untuk industri yang melakukan investasi di inovasi dan vokasi.
“Yang paling penting langkah-langkah tersebut akan mendorong entrepreneur, penguasaan market, dan pengembangan fintech. Kita tidak perlu khawatir digital ekonomi akan mengurangi lapangan kerja, karena online marketplace dan business process outsourcing (BPO) bisa melibatkan ribuan orang,” ungkapnya.
Untuk itu, Menperin meminta kepada generasi muda Indonesia agar bisa gaul dalam bahasa digital, seperti bahasa Inggris, statistik, dan koding. Materi tersebut bisa dipelajari dalam kurun enam bulan. Airlanga pun meyakini Indonesia siap menjadi solusi dalam digital ekonomi.
“Pekan depan saya akan ke Davos, berbicara soal new future production of Indonesia, e-commerce market to market dan Industry 4.0 yang sifatnya industrial products. Saya akan sampaikan, Indonesia punya kesempatan untuk menjadi champion di Asia karena potensi besar dari pasar smartphone dan jumlah perguruan tinggi,” jelasnya.
Menurut Menteri Airlangga, produk telematika memberikan ruang pasar yang luar biasa di Indonesia seperti terlihat pada penjualan smartphone hingga 60 juta unit per tahun. Siklus teknologi sangat cepat, khususnya di smartphone, yang setiap enam bulan ada pembaharuan produk sehingga memerlukan kekuatan riset dan inovasi teknologi.
Oleh karenanya, pemerintah terus mendorong pengembangan produk-produk dalam negeri, seperti produk smarthphone. Hingga tahun 2018, terdapat beberapa merek nasional yang memiliki branding cukup kuat untuk pasar menengah kebawah maupun menengah keatas, seperti Polytron, Evercooss, dan Advan.
Namun demikian, selain memacu tumbuhnya industri hardware, pemerintah juga tengah mendorong pengembangan industri software, konten dan animasi. Hal ini diperkuat melalui penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 29 tahun 2017 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet.
Artinya, Kemenperin tidak hanya menekankan pada skema TKDN hardware, tetapi TKDN software dan investasi.“Melalui skema software ini, kami ingin memacu untuk peningkatan inovasi dalam sehingga mendukung pengembangan industri yang berkelanjutan,” kata Menperin.
Kemenperin mencatat, industri telekomunikasi dan informatika (telematika) dalam negeri mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hingga tahun 2016, terdapat 23 electronics manufacturing service (EMS), 42 merek dan 37 pemilik merek baik global maupun nasional, dengan total nilai investasi sebesar Rp7 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 13 ribu orang.