Tangerang Selatan, 19 November 2017 -Pendidikan adalah sentral peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), baik buruknya kualitas pendidikan tidak lepas dari tanggung jawab guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik sebagai penerus bangsa.
Guru profesional dituntut memiliki kompetensi dalam mengaplikasikan bidang ilmu dengan memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hal ini penting dalam upaya beradaptasi dengan era digital. Mereka tak hanya dituntut menghasilkan lulusan yang cerdas dan terampil, namun juga berbudi pekerti luhur, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta mampu bersaing secara global.
Seiring dengan tuntutan tersebut, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka (UT) mengadakan acara Temu Ilmiah Nasional Guru yang ke-9 (TING-9). Kegiatan yang bekerja sama dengan Microsoft Education ini memfasilitasi guru, dosen, dan praktisi pendidikan untuk berlatih menggunakan teknologi Abad 21 dalam Pembelajaran di kelas. “Dosen dan guru harus mampu beradaptasi dengan teknologi, agar mampu menjadikan lulusan-lulusan yang kompetitif dan mampu berdaya saing,” ujarnya Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat membuka acara bertajuk “Pendidikan abad 21: Fungsi dan Peran dalam Pembelajaran” ini di Universitas Terbuka Convention Center (19/11).
Nasir mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar di era digital saat ini yang tidak dapat dihindari guru, dosen, atau praktisi pendidikan lainnya adalah perkembangan TIK yang sangat pesat. Upaya peningkatan kualitas guru menjadi semakin penting, bila mencermati hasil kajian Pricewaterhouse Coopers (PwC) 2017, antara lain bonus demografi, Sumber Daya Alam (SDA), dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, Indonesia pada tahun 2050 berpotensi menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia, melampaui Jepang, Jerman dan Inggris. Ini merupakan peluang yang luar biasa.
Pemerintah harus mempersiapkan pekerja terampil (skilled workers), SDM yang unggul dan mampu berkompetisi dalam sistem ekonomi baru yang tidak lagi didasarkan pada kekayaan SDA dan upah buruh yang murah, tetapi juga kepada kreativitas penciptaan serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik (knowledge based economy). Nasir juga mengungkapkan hasil pendidikan guru dan prestasi siswa Indonesia, bisa dilihat dari hasil survei, seperti Programme for International Students Assessment (PISA). PISA mengukur kemampuan siswa berumur 15 tahun dalam bidang matematika, sains, dan membaca. Data ini menjadi tolok ukur keberhasilan dan kemajuan pendidikan suatu negara. Survei ini menunjukkan bahwa performa siswa Indonesia yang duduk di bangku SLTP masih rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara lainnya di Asia Tenggara. “Guru diharapkan sejak dini dapat menanamkan semangat menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan terus mengembangkan potensi dirinya, agar mampu membawa para siswa menjadi pembelajar yang sadar akan peran dan tugasnya di masa depan,” harap Nasir.
Ke depan, acara ini diharapkan dapat membangun kerangka pikir, menghimpun gagasan dan pengalaman, sehingga dapat menjadi inspirator serta initiator perbaikan mutu proses serta hasil pendidikan secara berkelanjutan. Pada Kesempatan yang sama, Nasir memberikan beasiswa kepada mahasiswa bidikmisi di daerah Terdepan, Terluar, dan tertinggal (3T) secara simbolis. Penerima bidikmisi sebanyak 5.634 mahasiswa dan penerima bantuan studi 3T sebanyak 3.638 mahasiswa. Turut hadir dalam acara ini Dirjen Pembelajaran dan kemahasiswaan Intan Ahmad, Pejabat Eselon I dan II di lingkungan Kemenristekdikti lainnya, Rektor UT Ojat Darojat, Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi, Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud Harris Iskandar, serta civitas academica UT.