Stockholm, Swedia – Gamelan Jawa telah terpilih sebagai musik tradisional untuk membuka konser musik karya mendiang Claude Debussy. Demikian disampaikan oleh Stefan Bojsten, Ketua Panitya peringatan 100 tahun meninggalnya musisi kenamaan Perancis itu.
Profesor dan produser program “Piano Visions piano series” ini menyatakan “pemilihan gamelan adalah sangat tepat mengingat semasa hidupnya Debussy terinspirasi dengan musik tradisional Jawa”, kata Stefan yang saat ini aktif mengajar di Royal College of Music di Stockholm ini.
Menurut rencana acara peringatan 100 tahun meninggalnya Claude Debussy itu akan diwujudkan dalam pementasan karya musik klasik tersebut di Gedung Eric Ericsonhallen, 30 September 2018. Puluhan musisi Eropa khususnya dari Nordik akan memainkan karya Debussy (1862-1918). Sedangkan musisi yang akan memainkan gamelan terdiri dari 12 orang yang kebanyakan adalah asli dari Swedia. Ketertarikan masyarakat Swedia akan musik tradisional ini disampaikan oleh Urban Wahlstedt.
“Kami sebagai penggemar musik gamelan bertujuan untuk melihat kembali gema peradaban gamelan dan sekaligus ingin mendalami mengapa Debussy menyukai gamelan,” papar pria 82 tahun tersebut. Urban Wahlstedt, seoarang dalang wayang kulit berbahasa Swedia dan penabuh demung ini menyatakan “mendapatkan” kedamaian ketika memainkan instrument tradisional Jawa.
Lagu “aja lamis” karangan Narto Sabdo.
Untuk acara peringatan tersebut, Urban dan kelompok music bernama Suka Rencana telah mempersiapkan lagu Aja Lamis karya almarhum Ki Narto Sabdo untuk dipentaskan. Menurut Professor Stefan Bojsten salah satu gending gamelan yang mempengaruhi musik Debussy terdapat pada karya “Pagoda”. Hal ini terjadi pada tahun 1889 ketika mempertunjukkan
Dubes RI untuk Swedia Bagas Hapsoro menyatakan bahwa acara ini diharapkan menjadi bagian “media untuk menyapa peradaban” dalam ruang dan waktu tak terbatas. “Kita patut berbangga bahwa kesenian tradisional kita juga dihormati di negeri orang. Oleh karena itu patut kita lestarikan,” kata Bagas.