Seremonia.id – Indonesia akan menerapkan pengawasan pertandingan berbasis teknologi informasi, yakni Video Assistant Referee (VAR) di 16 stadion pada paruh kedua musim kompetisi Liga 1 2023/2024. Ini merupakan langkah besar dalam memajukan sepak bola nasional dan menambah tingkat profesionalitas dalam mengelola pertandingan.
Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sangat populer dan digemari di seluruh Indonesia. Meskipun prestasi tim nasional Garuda belum mencapai tingkat internasional, sepak bola telah merasuki hampir setiap pelosok Nusantara dan dimainkan oleh berbagai kalangan. Jutaan orang Indonesia bahkan rela menahan kantuk untuk menyaksikan pertandingan sepak bola baik di tingkat nasional maupun internasional, yang disiarkan oleh stasiun televisi nasional atau melalui siaran televisi berbayar.
Liga 1 musim 2023/2024 diikuti oleh 18 klub profesional, yang masing-masing wajib menjalani 34 pertandingan sejak 1 Juli 2023 hingga 26 Mei 2024. Dalam kurun waktu 10 bulan kompetisi, akan ada 314 pertandingan yang diadakan di 16 stadion yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Salah satu perubahan utama dalam musim ini adalah diperkenalkannya teknologi VAR. VAR, yang merupakan singkatan dari Video Assistant Referee, berfungsi sebagai “mata elang” korps wasit sepak bola. Teknologi ini memungkinkan para wasit untuk mereview kembali rekaman video dari situasi-situasi potensial yang mengalami keraguan, seperti kemungkinan pelanggaran atau kejadian-kejadian yang tidak terlihat oleh mereka secara langsung di lapangan. Ketika ada keraguan tentang suatu keputusan, para wasit akan menggunakan kode gerakan tangan membentuk kotak untuk meminta bantuan dari VAR.
Para wasit kemudian akan menuju ke sebuah monitor khusus yang terletak di tepi lapangan untuk melihat rekaman video dari situasi yang dipertanyakan. Tayangan video ini disediakan oleh para wasit dan asisten wasit VAR yang berada di ruang kontrol di sisi lain dari stadion. Ruang kontrol VAR dilengkapi dengan minimal delapan layar monitor berukuran 50 inci yang diawasi oleh empat orang berpakaian wasit.
Setelah melihat tayangan video yang diulang beberapa kali, wasit akan kembali ke lapangan untuk mengambil keputusan akhir. Penggunaan teknologi VAR ini memerlukan infrastruktur dan peralatan teknologi informasi yang siap digunakan, termasuk pemasangan puluhan kamera sirkuit hawkeye dengan resolusi tinggi di beberapa sudut stadion.
Meskipun VAR merupakan hal baru bagi sepak bola nasional, beberapa negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Teluk telah menggunakannya sejak beberapa tahun yang lalu. Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menerapkan VAR sejak tahun 2018. Selain Indonesia, Vietnam dan Malaysia juga akan menerapkan teknologi VAR mulai musim kompetisi 2023/2024.
Dalam persiapannya untuk mengimplementasikan VAR, PSSI harus merogoh kocek hingga Rp100 miliar, sementara biaya produksi pemakaian VAR dalam setiap pertandingan dapat mencapai Rp200 juta. Sejauh ini, baru Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar, Bali, dan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) di Sidoarjo, Jawa Timur, yang sudah menyiapkan ruang kontrol VAR. Kedua stadion tersebut awalnya merupakan bagian dari enam stadion yang dipersiapkan untuk menjadi tuan rumah putaran final Piala Dunia U-20 2023, meskipun acara tersebut kemudian dibatalkan oleh FIFA.
Penerapan teknologi VAR ini merupakan salah satu langkah besar dalam upaya membenahi persepakbolaan di Indonesia. Selain itu, liga juga diikuti oleh kewajiban bagi klub untuk memasang papan iklan elektronik berbasis LED di tepi lapangan, yang dapat meningkatkan potensi pendapatan dari sektor iklan bagi klub-klub Liga 1. Hal ini sejalan dengan transformasi menyeluruh terhadap sepak bola nasional yang diminta oleh Presiden Joko Widodo setelah kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober 2022 yang menewaskan ratusan penonton.
Namun, keberhasilan penerapan VAR dan transformasi sepak bola nasional ini juga memerlukan dukungan dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk suporter kesebelasan. Menghindari vandalisme dan tindakan tak terpuji lainnya, termasuk tindakan rasisme, adalah langkah penting untuk menjaga suasana yang kondusif dan menghindari peristiwa kelam seperti di Stadion Kanjuruhan agar tidak terulang kembali. Semua pihak harus bersatu untuk memajukan sepak bola Indonesia dan meningkatkan kualitas dan keahlian para wasit dalam memimpin pertandingan.