Sambut HKB 2018, ITB Sosialisasikan K3 dan Simulasi Evakuasi Bencana Gempa di Seluruh Kampus

BANDUNG – Indonesia memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang setiap tahun jatuh pada tanggal 26 April 2018. Menyambut HKB 2018 itu, Institut Teknologi Bandung (ITB) telah melakukan beberapa persiapan, diantaranya untuk kegiatan simulasi evakuasi bencana gempa di seluruh kampus. Sosialisasi pentingnya Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) juga terus menerus dilakukan pihak kampus.

Sistem Ketahanan Kampus
Sosialisasi pentingnya perilaku dan tindakan K3L, disampaikan kepada mahasiswa ITB pada saat Kuliah Studium Generale (SG) pada tanggal 11 April 2018.

SG yang merupakan salah satu mata kuliah pilihan bagi mahasiswa  ITB di tingkat tiga dan empat, kali ini mengangkat topik “Membangun Sistem Ketahanan Kampus dari Aspek Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja”. Topik ini disampaikan langsung oleh Kepala Unit Pelaksana Teknik K3L ITB, Dr Yogi Wibisono Budhi, ST., MT.

Ia menyampaikan tentang apa itu ketangguhan kampus, komitmen pimpinan, upaya-upaya membangun budaya K3, serta beberapa kajian dan keselamatan proses. “ITB saat ini sedang mengembangkan strategi zero accident, dimana setiap penyelenggara kegiatan harus menciptakan kondisi yang aman, efisien, dan produktif sebagai sarana tempat bekerja maupun belajar,” kata Yogi.

Perlunya safety induction dikatakannya sebagai upaya untuk mencegah terjadinya bencana akibat kelalaian manusia dan untuk meminimalisasi dampak kecelakaan yang lebih besar bila bencana itu betul-betul terjadi.  “Harapannya, agar kita semua tanggap terhadap lingkungan sekitar dan memperhatikan segala hal yang akan digunakan sebelum memulai pekerjaan,” ujar Yogi.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa UPT K3L ITB telah membangun sistem untuk keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja, dengan membentuk organisasi pelaksana keamanan, membangun prosedur, sistem regulasi, sosialisasi, sampai dengan pemberian sangsi kepada mereka yang tidak melaksanakannya. “Bahkan beberapa prodi telah menerapkan sanksi tidak lulus mata kuliah tertentu bagi mahasiswa yang lalai melakukan safety induction maksimal sebanyak tiga kali,” ungkap Yogi.

Meskipun demikian, dirinya mengaku budaya keselamatan kerja belum sepenuhnya terbentuk di sivitas akademika. Perlu kesadaran semua orang, terlebih ITB memiliki banyak aset yang amat bernilai, seperti halnya karya-karya ilmiah, fasilitas penelitian, dan tentunya aset sumber daya manusia generasi penerus bangsa yang unggul. “Seluruh sivitas akademika harus bersama-sama bertanggung jawab atas terciptanya keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja di lingkungannya,” ujarnya.

Ancaman Keselamatan Dari Alam
Ancaman tidak hanya datang dari manusia, namun juga datang dari alam. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB, Dr. Nuraini Rahma Hanifa. “Indonesia memiliki 12 jenis bencana, yaitu Gempa Bumi, Banjir, Longsor, Lumpur, Erupsi Gunung Api, Tsunami, Kebakaran Hutan, Kekeringan, Angin Puting Beliung dan juga Kegagalan Teknologi,” ujar Rahma.

Mengangkat topik “Membangun Ketahanan Terhadap Bencana Gempa Bumi”, ia mengatakan setidaknya terjadi  2000 gempa setiap tahun di Indonesia dengan magnitude lebih dari empat koma lima yang diakibatkan oleh pergerakan dari setidaknya 295 sesar darat aktif dan 13 segmen megathrust.

Gempa adalah gerakan tiba-tiba yang terjadi di dalam kerak atau lempeng bumi atau mantel bumi bagian atas. “Kota Bandung merupakan salah satu kota rawan gempa. Patahan yang berpotensi menimbulkan gempa adalah patahan lembang yang jaraknya 7 km dari Kampus ITB Ganesha. Sebanyak 206.072.567 populasi terpapar bahaya goncangan gempa dan 4.103. 976 populasi berada pada zona buffer 1 km dari sesar,” ungkapnya.

Dr. Rahma juga mengatakan gempa dengan intensitas 6 MMI (Modified Mercalli Intensity) sudah berpotensi merusak. Secara garis besar, magnitudo mengukur besaran energi yang dilepaskan dari peristiwa gempa bumi, dan intensitas menjelaskan efek lokal dan potensi kerusakan yang diakibatkan oleh gempa tersebut. “Informasi intensitas ini berbeda-beda untuk setiap daerahnya, meski berasal dari suatu gempa dengan magnitudo yang sama,” kata dia.

Untuk meminimalisasi dampak kerusakan, diperlukan manajemen bencana yang diawali dengan peringatan dini preparation, response, recovery, dan mitigation yang semuanya membentuk siklus dan selalu berulang. “Hingga saat ini terus dikembangkan alat peringatan dini gempa bumi dan tsunami untuk menimalisir dampak yang ditimbulkan,” pungkasnya.

Tips Penyelamatan Diri Saat Bencana Gempa Terjadi
Pusat Penelitian Mitigasi Bencana, bersama UPT K3L ITB, beberapa waktu yang lalu telah mengeluarkan kembali informasi grafis yang berisi tips penyelamatan diri saat terjadi bencana gempa.  Infografis ini telah disebar melalui laman dan media sosial resmi ITB, dan juga di beberapa majalah dinding yang ada di Kampus ITB.  Berikut ini tips penyelamatan diri saat bencana gempa terjadi.

Saat bencana gempa terjadi, segeralah merunduk dan berlindung di bawah meja. Tetap bertahan dengan memegang kaki meja atau benda yang kokoh untuk melindungi diri dari kejatuhan benda-benda. Bila sedang berada di luar ruangan, maka segeralah bersimpuh dan melindungi bagian kepala.

Setelah gempa berhenti, segeralah keluar ruangan melalui tangga darurat dan jangan gunakan lift. Apabila terlihat asap, keluarlah dengan cara merangkak. Tetaplah tenang, jangan panik, jangan mendorong, jangan berlari,  dan ikuti instruksi menuju titik kumpul terdekat, atau menuju lapangan terbuka.  Bergegaslah keluar ruangan bila sedang berada di laboratorium dengan zat-zat yang berbahaya.

Setelah berada di luar ruangan, perhatikan, dan jauhi tiang listrik, pohon, dan gedung yang dapat roboh. Laporkan keselamatan anda pada tim K3G. Simulasi evakuasi bencana gempa bumi ini rencananya akan dilaksanakan secara serentak pada tanggal 27 April 2018, di seluruh kampus ITB, baik di Kampus Ganesa maupun kampus Jatinangor. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari memperingati HKB 2018.

Related posts

Leave a Reply