JAKARTA, 21 Maret 2018 – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (“TBIG”) pada hari ini mengumumkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017.
Ikhtisar Keuangan dan Indikator Operasional
TBIG berhasil mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp4.023 miliar dan Rp3.495 miliar untuk periode satu tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017. Marjin EBITDA Perseroan meningkat menjadi 86,9% untuk tahun 2017. Jika hasil triwulan keempat 2017 disetahunkan, maka total pendapatan Perseroan mencapai Rp4.192 miliar dan EBITDA mencapai Rp3.632 miliar.
Per 31 Desember 2017, TBIG memiliki 23.018 penyewaan dan 13.509 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 13.461 menara telekomunikasi dan 48 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 22.970, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,71.
“Kami dengan bangga mengumumkan tahun pertumbuhan organik yang sangat baik, di mana kami menambahkan 3.009 penyewaan gross yang terdiri dari 925 site telekomunikasi dan 2.084 kolokasi. Penambahan yang signifikan pada penyewa kolokasi telah meningkatkan rasio kolokasi (tenancy ratio) dari 1,63 pada Q4 2016 menjadi 1,71 di Q4 2017,” komentar Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG.
“Kontrak jangka panjang dari operator telekomunikasi yang terjamin, memastikan arus kas yang kuat dan meningkat, yang memungkinkan kami melanjutkan inisiatif pengembalian untuk pemegang saham kami. Kami berencana untuk mengusulkan pembagian dividen untuk tahun buku 2017 sebesar kurang lebih Rp650-750 miliar pada RUPS Tahunan 2018 yang akan datang. Selain itu, Kami tetap aktif melakukan pembelian kembali saham pada saat run-rate EV/EBITDA multiple pada saat ini berada di bawah dari kisaran target kami. Berdasarkan EBITDA triwulan keempat 2017 yang disetahunkan (“run-rate EBITDA”), dan saldo total pinjaman bersih (net debt) kuartal keempat 2017 (dengan memperhitungkan kontrak lindung nilai) dan kapitalisasi pasar (market capitalization) yang telah disesuaikan dengan saham treasuri sebesar 1,89% yang dimiliki per akhir Desember 2017), maka run-rate EV/EBITDA adalah sebesar ~11,9x berdasarkan harga saham Rp5.700,” tambah Hardi.
Per 31 Desember 2017, total pinjaman (debt) Perseroan, di mana pinjaman dalam Dollar Amerika yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp18.353 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp12.407 miliar. Dengan saldo kas yang mencapai Rp407 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp17.946 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp12.000 miliar. Rasio pinjaman senior bersih (net senior debt) terhadap EBITDA triwulan keempat 2017 yang disetahunkan adalah 3,3x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 4,9x dimana kami masih memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang kami.
Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG berkomentar, “Kinerja Perseroan tahun 2017 telah mengadopsi perubahan kebijakan akuntansi terkait dengan PSAK 16 dan juga perubahan peraturan pajak pendapatan perusahaan. Perubahan ini tidak ada pengaruhnya terhadap pendapatan dan EBITDA Perseroan dan tidak akan mengubah perhitungan utang dan covenant Perseroan.”
“Kami terus mematuhi strategi konservatif kami untuk melindung nilai seluruh utang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang sehingga pergerakan dalam Rupiah akhir-akhir ini tidak memiliki dampak buruk pada bisnis atau keuangan kami. Kreditur kami tetap merasa nyaman dengan tingkat leverage kami pada 4,9x rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan,” tambah Helmy.
Mengenai PT Tower Bersama Infrastructure Tbk:
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (“TBIG”), adalah perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi bagi penempatan BTS oleh para operator telekomunikasi di Indonesia.
TBIG adalah perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dimiliki oleh Saratoga
Group dan Provident Capital.