JAKARTA – PT Bank Permata Tbk (“PermataBank” atau “Bank”) mengumumkan pertumbuhan kredit yang positif sebesar Rp 99,8 triliun per 31 Maret 2018 (konsolidasi dan tidak diaudit) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 95,4 triliun. Pertumbuhan kredit ini dikontribusikan oleh seluruh segmen, meliputi Retail Banking dan Wholesale Banking. Hal ini sejalan dengan fokus Bank untuk terus menumbuhkan kredit berkualitas baik setelah proses konsolidasi di tahun sebelumnya.
Selain pertumbuhan kredit, Bank juga berhasil memperbaiki dan mempertahankan kualitas aset. Hal ini tercermin pada rasio NPL yang telah menunjukkan perbaikan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dimana rasio NPL gross dan net menjadi masing-masing sebesar 4,6% dan 1,7% pada kuartal pertama 2018 atau membaik dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 6,4% dan 2,2%. Perbaikan rasio NPL merupakan hasil dari upaya Bank dalam mengelola kualitas aset melalui penagihan, restrukturisasi dan rehabilitasi, percepatan pemulihan kredit dan penjualan sebagian dari portofolio NPL. NPL coverage ratio terus terjaga dengan baik dan meningkat dari 135% pada Maret 2017 menjadi 194% di Maret 2018. Hal ini mengindikasikan Bank secara terus menerus memitigasi potensi kerugian kreditnya secara berhati-hati.
Likuiditas PermataBank terus terjaga kuat dan optimal dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 89% dibandingkan dengan 75% pada periode yang sama tahun lalu. Bank juga terus memperbaiki struktur pendanaannya, tercermin dari rasio CASA yang lebih tinggi yaitu 49% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 46%. Tumbuhnya CASA akan tetap menjadi prioritas untuk menjaga stabilitas likuiditas dan biaya dana.
Kecukupan modal Bank terjaga dengan baik, tercermin dari meningkatnya rasio Common Equity Tier 1 (CET-1) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) masing-masing sebesar 15,1% dan 17,7%, dibanding 13,2% dan 17,0% pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan kinerja PermataBank yang semakin membaik dan telah berhasil diselesaikannya rights issue senilai Rp 3 Triliun di bulan Juni 2017.
Pada kuartal pertama tahun 2018 laba bersih setelah pajak Bank setelah normalisasi meningkat secara signifikan menjadi sebesar Rp 164 miliar. Hal ini terutama dikontribusikan oleh penurunan biaya provisi yang cukup signifikan, yaitu sebesar 31% menjadi Rp 465 miliar dari Rp 670 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Bank juga menjaga kedisiplinan dalam pengelolaan biaya operasional, sehingga dapat dipertahankan pada level yang sama dengan tahun sebelumnya, terlepas dari berbagai investasi yang dilakukan Bank untuk menunjang pertumbuhan bisnis dan tekanan faktor inflasi.
Mengomentari kinerja pada kuartal ini, Ridha DM Wirakusumah – Direktur Utama PermataBank mengatakan, “Mengawali tahun 2018 ini, dapat kami sampaikan bahwa PermataBank telah kembali tumbuh secara positif terutama di dalam penyaluran kredit setelah proses konsolidasi yang kami lakukan di tahun sebelumnya. Kami terus mengembangkan bisnis kami secara hati-hati untuk menciptakan nilai lebih bagi semua stakeholders kami, bergerak dengan kedepan menuju pertumbuhan yang berkelanjutan.”
PermataBank terus meningkatkan keunggulan teknologi dan jasa layanan termasuk kemampuan di digital banking. Sebagai pelopor dalam teknologi mobile banking dan mobile cash di pasar Indonesia, Bank kembali memimpin inovasi di produk dan layanan melalui peluncuran produk E-Bond yang pertama di pasar dan merupakan Bank pertama yang memperkenalkan TouchID dan FaceID di PermataMobile Banking-nya. Di Perbankan Syariah, PermataBank secara konsisten memberikan produk dan layanan dengan terobosan inovatif seperti Layanan Haji Satu Atap dan PermataTabungan iB Haji. Di tahun 2018 ini, Bank akan terus melakukan investasi pada sumber daya dan karyawannya untuk menciptakan nilai bagi para nasabah dan pemangku kepentingan.