Darwin, Australia: “Nasib kita hanya bisa diubah oleh kita sendiri” demikian ucap Grayce Roossiler Windesi (24 th) beserta dengan rekannya Safria Samual (25 th) pada saat melakukan wawancara dengan ABC Radio. Keduanya merupakan alumnus Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) yang mendapatkan kesempatan untuk melakukan kegiatan magang di Konsulat RI Darwin selama bulan Agustus 2017.
Berawal dari Kuliah Umum oleh Konsul RI Darwin, Andre Omer Siregar, di jurusan Hubungan Internasional USTJ pada Oktober 2015, Grayce Windesi berkesempatan melakukan dialog secara langsung di akhir acara. Dalam kesempatan tersebut, Grayce mendapatkan tawaran untuk melakukan magang di KRI Darwin dalam rangka mengaplikasikan ilmu yang selama ini telah dipelajarinya. Grayce kemudian menjawab tantangan tersebut dan bersama rekannya Safria terbang ke Darwin pada awal Agustus 2017.
Selama satu bulan, keduanya mengikuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan di KRI Darwin, antara lain berpartisipasi dalam berbagai kegiatan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-72, termasuk menjadi petugas upacara bendera, pengisi acara budaya dalam Resepsi Diplomatik serta menjadi peserta dalam perlombaan karaoke HUT Kemerdekaan, dimana Safria menjadi Juara Pertama, dan Grace menjadi Juara Kedua.
Salah satu highlight selama mereka melakukan kegiatan di Darwin, adalah kesempatan untuk melakukan wawancara dengan ABC Radio. Dalam acara tersebut, keduanya diminta untuk menceritakan pengalaman mereka selama di Darwin dan kontribusi apa yang dapat mereka lakukan di daerahnya nanti. Menjawab pertanyaan tersebut, keduanya menyampaikan bahwa mereka berniat untuk mendorong anak-anak muda di Papua untuk meningkatkan kapasitas dirinya dalam rangka membangun Papua yang lebih baik.
Kesan paling mendalam dirasakan oleh mereka saat mereka melihat secara langsung kehidupan masyarakat Aborijin di Darwin. Masyarakat Aborijin yang secara rutin mendapatkan tunjangan kehidupan dari Pemerintah Australia, tetap menjalani kehidupan yang keras di tengah-tengah masyarakat Australia lainnya. Walaupun masyarakat Aborijin mendapatkan berbagai fasilitas dari Pemerintah setempat, namun gaya hidup keseharian mereka yang dekat dengan minuman berakohol dan kekerasan mengakibatkan sebagian besar masyarakat Aborijin di NT sulit untuk maju.
Hal ini menjadi refleksi tersendiri bagi Grayce dan Safria untuk berkontribusi secara lebih nyata dilingkungannya untuk mencegah hal yang sama terjadi pada anak-anak muda Papua.
Grayce juga menyampaikan, bahwa sebagai anak muda Papua, dirinya dan rekan-rekannya perlu mengubah pola pikir mereka untuk lebih serius dalam memanfaatkan kesempatan dalam menjalani pendidikan karena hanya dengan pendidikan, nasib mereka dapat berubah. “Anak Papua perlu untuk lebih kreatif berkarya. Kita ingin belajar. Kalau kita mau maju, kita harus berusaha. Perubahan itu dari kita sendiri” ucap Grayce.
Anak muda Papua harus optimis akan masa depan mereka, sepanjang mereka memiliki kemauan yang kuat untuk mewujudkannya. “Awalnya saya tidak yakin kalau kita mampu, tapi ternyata kita sampai di sini. Jadi sebetulnya kita mampu untuk bersaing kalau kita mau. Hanya tinggal kita mau atau tidak?”, ucap Safria dengan antusias.
Selama berada di Darwin, Konsul RI acapkali menyampaikan motivasi kepada kedua peserta magang tersebut, untuk selalu percaya diri dan tidak berhenti belajar untuk membangun daerahnya. Pengalaman yang mereka dapatkan diharapkan dapat mereka bagikan kepada anak-anak muda Papua lainnya dan dapat berguna bagi masa depan mereka. Konsul RI juga menyampaikan harapan semoga mereka berhasil untuk meraih cita-cita mereka menjadi calon-calon diplomat RI di masa datang.