JAKARTA, 20 Februari 2018 – ini dunia tengah disibukan dengan hingar bingar inovasi di bidang teknologi. Banyak negara berlomba-lomba untuk menciptakan teknologi terkini agar dapat mempermudah aspek kehidupan manusia dan menemukan hal-hal baru. Teknologi telah masuk ke dalam berbagai sendi kehidupan melalui berbagai macam industri yang setiap saat kita konsumsi tanpa kita sadari. Teknologi melalui internet dan gawai telah membuka berbagai macam kemungkinan dalam kehidupan kita, mulai dari cara kita bekerja, bersosialisasi, berbelanja, hingga bagaimana kita bepergian. Hal ini berlaku untuk setiap industri, transportasi, keuangan, hingga pendidikan.
CEO of Bahaso – Tyovan Ari, Co Founder & Country Manager Quipper Indonesia – Takuya Homma, Singer/Actress & Oxford Graduate – Maudy Ayunda, Representative of Ministry of Education & Culture of Republic of Indonesia – Drs Gatot Pramono M.PT and Education Expert – Itje Chodjidjah
Karena belajar, sejatinya bukan hanya datang ke sekolah. Pendidikan yang menjadi dasar utama pembentukan karakter seorang manusia adalah lebih dari itu. Pendidikan tidak boleh hanya dibatasi di kelas, tapi menjangkau jauh dan luas. Namun penggunaan teknologi dalam pendidikan masih perlu penyesuaian. Adaptasi perlu dipikirkan secara mendalam karena teknologi yang kini dikatakan mendisrupsi, sesungguhnya tidak hanya memiliki dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif bila tidak bijak dan berhati-hati.
Semua dampak teknologi, potensinya dalam mempengaruhi atau bahkan mengubah sistem pendidikan dan bagaimana cara kita belajar dibahas secara mendalam pada diskusi panel yang diadakan Quipper hari ini, Senin, 12 Februari 2018, di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan judul “Melangkah Maju Dengan Teknologi dan Pendidikan”.
Diskusi tersebut melibatkan panelis yang terdiri dari, Drs. Gatot Pramono, M.PET. – Perwakilan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekom) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Co-Counder dan Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma, Founder dan CEO Bahaso Tyovan Arie, Pakar Pendidikan Itje Chodijah dan Maudy Ayunda sebagai moderator. Berbicara di hadapan media, para perwakilan maupun pendiri dari beberapa perusahaan education technology (edtech), organisasi pendidikan Ikatan Guru Indonesia (IGI), serta berbagai elemen industri pendidikan dan teknologi. Diskusi mencakup pembahasan mengenai situasi pendidikan global dan Indonesia, tantangan-tantangan pendidikan nasional, dan penggunaan teknologi untuk pendidikan.
Tyovan Arie, pendiri Bahaso berkomentar, “Sangat penting untuk menguhubungkan berbagai titik strategis dalam peta pendidikan untuk melangkah maju, bukan hanya penggunaan teknologi canggih, tetapi juga memahami peran setiap pemangku kepentingan, mengerti risiko, tantangan, dan dampaknya, bagi generasi saat ini maupun mendatang.”
Tentu peran teknologi perlu diselaraskan bersamaan dengan ekosistem pendidikan yang telah ada. Sistem pendidikan tradisional yang melibatkan guru, sekolah, perguruan tinggi dan orang tua tidak serta merta tersingkirkan hanya karena akses luas terhadap informasi yang menjanjikan metode belajar mandiri.
Itje Chodijah, selaku pakar dan ahli pendidikan yang sudah malang melintang selama lebih dari 35 tahun menanggapi, “Saya percaya peran guru, orang tua, dan sekolah tidak akan tergantikan karena pendidikan bukan hanya tentang mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi juga pembentukan karakter. Maka dari itu peran teknologi dimaksudkan sebagai alat untuk membantu proses pembelajaran, membuka akses, dan meningkatkan kualitas.”
Dr. Supriano, M.Ed, – Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menambahkan dalam opening speech nya, “Pemerintah sangat mengapresiasi acara seperti ini sehingga kita semua dapat berdialog bersama untuk membahas masalah dan mencari solusi. Saya yakin dengan teknologi, para pendidik dan institusi pendidikan dapat mengatur materi dan proses lebih efisien, lebih fokus kepada pembentukan karakter anak, membimbing minat dan penanaman cara berpikir konseptual dan kritis dengan kelas interaktif. Ini sesuai dengan cita-cita pemerintah untuk menjadikan siswa-siswi Indonesia pemimpin masa depan Asia dan memberikan bekal kemampuan untuk bersaing di tingkat global.”
“Kami di Quipper percaya penggunaan teknologi yang dibarengi dengan pendidikan berkualitas, hal tersebut dapat diraih. Secara bersama-sama kita dapat mendorong pendidikan ke arah yang lebih baik, memberikan materi pendidikan berkualitas, menghubungkan guru dan siswa di seluruh Indonesia, berbagi pengetahuan, secara cepat dan tepat kepada orang yang membutuhkannya,” tutup Takuya Homma, co-founder Quipper dan country manager Quipper Indonesia.
Tentang Quipper, Ltd.
Quipper, adalah perusahaan teknologi pendidikan global terkemuka yang memiliki misi untuk membawa pendidikan terbaik ke seluruh pelosok dunia. Quipper bertujuan untuk menyediakan, memperbaiki, dan mendistribusikan pendidikan berkualitas melalui teknologi untuk menciptakan dunia dimana setiap anak diberi kesempatan yang sama untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan.
Layanan Quipper, termasuk Quipper School dan Quipper Video, membantu siswa menerima pendidikan berkualitas tanpa batasan dan memberdayakan pendidik untuk menyebarkan wawasan.
Pada bulan Maret 2017, Quipper School telah digunakan oleh lebih dari 4 juta siswa dan 350,000 guru di seluruh dunia. Secara Global, Quipper Video digunakan oleh lebih dari 500.000 pelajar. Quipper memiliki lebih dari 600 karyawan dan beroperasi di lima negara, yaitu Inggris, Jepang, Filipina, Meksiko dan Indonesia.
Sebagai bagian dari komitmen dan semangat Quipper untuk memberdayakan ekosistem pendidikan di Indonesia, Quipper akan terus bekerja sama dengan para pemangku kepentingan termasuk sekolah-sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten di seluruh Indonesia, Dinas Guru dan Tenaga Kependidikan, Dinas Pendidikan Dasar dan Tingkat Menengah, Ikatan Guru Indonesia, dan Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMOLEC).
Di Indonesia, Quipper School digunakan oleh lebih dari 2,5 juta siswa dan guru, hingga ke pelosok negeri.