Selamat Hari Guru!

26 November 2025 – Di tengah keterbatasan pedalaman Sumbawa, Pak Fadli tetap setia mengabdikan diri sebagai guru. Kisahnya menjadi potret keteladanan yang menghidupkan makna Hari Guru Nasional 2025, bahwa pendidikan lahir dari ketulusan, bukan dari kelengkapan fasilitas.
Hari Guru Nasional diperingati setiap 25 November melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Hari Guru Nasional tahun 2025 mengusung tema Guru Hebat, Indonesia Kuat yang memiliki makna memperkokoh budaya keteladanan, memperluas praktik baik, dan mendorong transformasi ekosistem pendidikan yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan. Makna peringatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebagai bentuk pengabdian guru yang telah mencerdaskan bangsa, bahkan di pelosok negeri.
Guru adalah sosok yang tak tergantikan dalam membentuk generasi penerus bangsa. Kekuatan bangsa yang baik berakar pada kualitas pendidik. Mereka tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik yang menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan karakter kepada para siswa.
Cerita Pak Fadli, Guru dari Pelajar BSI Scholarship di Pedalaman

Hari Guru adalah tentang mereka yang rela berkorban demi cahaya ilmu. Seperti Pak Fadli, guru di pedalaman yang terus berjuang dalam sunyi. Kisah inspiratif Pak Fadli menjadi cermin betapa pengabdian seorang guru mampu menyalakan harapan ditengah keterbatasan.
Muhammad Fadli Afandi merupakan seorang guru yang sudah mengabdikan dirinya selama 15 tahun mengajar. Tak hanya mengajar, pak Fadli juga membina remaja di masjid, melatih MTQ, memimpin pramuka, dan dipercaya sebagai Ketua PGRI Kecamatan. Mendidik bukan sekadar profesi, tetapi perjalanan panjang penuh pengorbanan.
Delapan tahun pertama, Pak Fadli mengajar di salah satu SMK, di Sumbawa. Sekolah ini berada di tengah hutan dan pegunungan. Perjalanan menuju sekolah tidak mudah, jalanan berliku, dan fasilitas masih terbatas. Sejauh 43 km dari kota, membuat listrik sering padam, minimnya internet, hingga air harus dibeli dengan jerigen. Keterbatasan ini tidak menjadi halangan Pak Fadli untuk mengajar. Dengan fasilitas seadanya, ia tetap hadir setiap hari membawa ilmu dan semangat untuk mengajar. Kondisi ini menyadarkan Pak Fadli bahwa, “Perjuangan guru diukur dari ketulusan, bukan dari mudah atau sulitnya jalan.” tuturnya.
Dari kisah Pak Fadli, kita belajar bahwa pengabdian seorang guru adalah pondasi bangsa. Pak Fadli menunjukkan semangat yang berkobar dengan membuktikan bahwa guru hebat tidak hanya lahir di kelas modern, tetapi juga di pelosok negeri dengan segala keterbatasan. Mari, rayakan Hari Guru dengan aksi nyata!






