BANDUNG – Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Kyoto, Jepang menggelar Joint Coordinating Committee (JCC) untuk yang kelima kalinya sejak kerja sama riset ini dimulai pada bulan April 2015. Dalam pertemuan tersebut, dibahas mengenai kemajuan dari kerjasama riset yang telah terjalin selama empat tahun di bidang pengembangan teknologi eksplorasi sumberdaya panas bumi di Indonesia.
JCC kelima tersebut berlangsung di Ruang Seminar Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa (3/6/2018) dan akan berlangsung selama dua hari kedepan sampai 4 Juli serta dilanjutkan dengan kunjungan ke Lapangan Panas Bumi Patuha pada 5 Juli 2018.
Kerjasama riset yang dijalin tersebut berjudul Project for Technology Development of Steam-spot Detection and Sustainable Resource Use for Large Enhancement of Geothermal Power Generation in Indonesia yang disingkat sebagai BAGUS (Beneficial and Advance Geothermal Use System) Project di bawah skema SATREPS (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development) yang didanai oleh JICA (Japan International Cooperation Agency) dan JST (Japan Science and Technology Agency). BAGUS Project sendiri hadir untuk mengembangkan metodologi dalam mendeteksi titik uap (steamspot) panas bumi di Indonesia terutama untuk mengurangi biaya eksplorasi.
Project Manager BAGUS Project, Mohamad Nur Heriawan, Ph.D mengatakan bahwa tujuan keseluruhan dari proyek ini adalah untuk menekan biaya pengeboran eksplorasi di lokasi yang direncanakan pembangkit listrik tenaga panas bumi karena penerapan teknologi yang dikembangkan. “Sementara kegiatan kali ini ada penyampaian presentasi progress research dari masing-masing institusi, pagi dari Indonesia (ITB) dan siang dari pihak Jepang (Universitas Kyoto), sore dilanjutkan dengan meeting koordinasi untuk membahas strategi satu tahun ke depan,” katanya.
Selain itu dalam pertemuan tersebut juga akan digelar pertemuan dengan calon peserta JICA short term training program yang akan diberangkatkan pada awal bulan September 2018 ke Kyoto University sebagai salah satu output dari kerja sama tersebut dalam meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia. Mohamad Nur menerangkan bahwa selama menjalin kerjasama, sudah banyak kemajuan yang dihasilkan dan beberapa target juga terpenuhi antara lain instalasi beberapa peralatan pengujian sampel yang paling modern, perangkat lunak, dan publikasi ilmiah internasional.
Ia menjelaskan bahwa secara umum yang akan dihasilkan dari project tersebut adalah mengembangkan teknologi eksplorasi panas bumi yang tujuan utamanya untuk menurunkan biaya pengeboran atau meningkatkan rasio keberhasilan pengeboran daerah prospek panas bumi. “Jadi selama ini kita melihat bahwa tingkat kesuksesan pengeboran di daerah potensi panas bumi itu secara umum relatif rendah. Sehingga melalui project ini kita akan meningkatkan rasio kesuksesan di dalam pengeboran reservoir panas bumi melalui teknologi untuk mendeteksi titik uap (steam-spot),” katanya.
Kerjasama dengan Universitas Kyoto sudah terjalin mulai April 2015 dan akan terus berlangsung hingga Maret 2020 (selama 5 tahun). Alasan dipilihnya Universitas Kyoto karena kampus tersebut sudah siap secara kapabilitas sumberdaya manusia, fasilitas, teknologi, dan pengetahuan. Banyaknya dosen ITB lulusan dari Universitas Kyoto juga menjadi pertimbangan dalam kerja sama ini.
Dalam kesempatan tersebut, tenaga ahli dari Graduate School of Engineering, Universitas Kyoto yang dikoordinir oleh Prof. Katsuaki Koike dengan anggota peneliti Mr. Taiki Kubo, Assoc. Prof. Koki Kashiwaya, Dr. Yohei Tada, dan Assoc. Prof. Tadanori Goto juga mempresentasikan hasil kemajuan riset mengenai projek tersebut.
Kontribusi JICA untuk Para Peneliti di Indonesia
Selain penyediaan peralatan, JICA juga berkontribusi dalam pembiayaan pelatihan-pelatihan bagi peneliti dari pihak Indonesia, diantaranya Two-week Intensive Geothermal Sience and Technology Training Course yang diadakan di Universitas Kyoto. Setiap tahun sejak 2016, setiap tahunnya ITB mengirimkan sekitar 13 orang peserta untuk mengikuti pelatihan ini yang terdiri dari 10 orang mahasiswa S2 dan 3 orang peneliti muda.
Kontribusi JICA dalam pengembangan fasilitas dan sumberdaya manusia melalui BAGUS Project, mendukung ITB menjadi Center of Excellence untuk ilmu kebumian pada umumnya dan untuk energi panas bumi pada khususnya. JICA akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk kerja sama teknis seperti pengiriman tenaga ahli Jepang, penyediaan peralatan dan pelatihan personil rekan, dan dukungan lain yang terkait dengan proyek kerja sama di Indonesia. JST akan mendukung lembaga penelitian atau peneliti Jepang untuk kegiatan proyek di Jepang.
Demi mencapai tujuan proyek tersebut, pihak Japan International Cooperation Agency (JICA) telah berkontribusi dalam penyediaan peralatan yang telah disediakan di ITB antara lain: field portable spectrometer system for remote sensing, radon measurement system, mercury measurement system, Gas chromatograph-thermal conductivity detector, X-ray diffraction system, X-ray fluorescence analysis system, Scanning electron microscope system, Ion chromatography system (IC), Stable isotope ratio mass spectrometry system (IR-MS), lnductively coupled plasma mass spectrometry system, Water isotope analysis system, Gas chromatograph-electron capture detector system, serta Generic software of satellite image processing, Interferometric SAR (InSAR) processing software, dan Reservoir simulation software.