Seremonia.id – Indonesia, sebagai negara kaya akan kekayaan alam dan budayanya, terus berupaya memanfaatkan potensi ini untuk konservasi, pendidikan, dan pengembangan ekonomi lokal, khususnya dalam sektor pariwisata. Salah satu harta geologi yang menjadi perbincangan adalah Danau Poso, yang terletak di Sulawesi Tengah. Danau ini adalah danau terbesar ketiga di Indonesia, setelah Danau Toba di Sumatra Utara dan Danau Singkarak di Sumatra Barat.
Dengan kedalaman mencapai 450 meter, Danau Poso juga dikenal sebagai salah satu dari tiga danau terdalam di Indonesia, bersanding dengan Toba dan Singkarak. Danau ini memiliki panjang mencapai 32 kilometer dan lebar 16 kilometer, dengan luas keseluruhan mencapai 32.000 hektar, membentang dari utara hingga selatan. Terletak di ketinggian 657 meter di atas permukaan laut, Danau Poso menjadi salah satu daya tarik geografis di wilayah ini.
Salah satu hal yang membuat Danau Poso begitu unik adalah warna pasirnya yang berkilauan kuning keemasan. Gelombang air di danau ini juga memiliki kemiripan dengan ombak laut, menciptakan sensasi yang luar biasa bagi pengunjung. Namun, keunikan sejati terletak pada perubahan warna air di berbagai bagian danau. Di pinggiran, air berwarna hijau, sementara di bagian tengah, air berwarna biru. Kombinasi warna-warni ini menjadikan Danau Poso sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik.
Danau Poso juga mengundang perhatian pemangku kepentingan di Sulawesi Tengah. Mereka berencana mengembangkan danau ini menjadi destinasi wisata yang menarik. Selain itu, rencana ini juga mencakup upaya menjadikan Danau Poso sebagai warisan geologi dan mengembangkannya menjadi taman bumi atau geopark.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, Diah Agustiningsih, memberikan dukungan penuh terhadap rencana ini. Pihak berwenang setempat telah mengajukan usulan untuk menjadikan Danau Poso sebagai kawasan Geopark. Hasil kajian dari akademisi dan ahli telah diserahkan kepada Gubernur Sulawesi Tengah pada 18 Agustus tahun lalu.
Tidak hanya pemangku kepentingan, masyarakat dari berbagai lapisan juga mendukung usulan ini. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, termasuk unsur agamawan, peneliti, dan para sejarawan.
Indonesia saat ini telah memiliki 10 geopark yang diakui dunia karena keunikan geologis, biologis, dan budayanya. Keempat geopark terbaru, yaitu Merangin, Ijen, Maros Pangkep, dan Raja Ampat, baru saja ditetapkan ke dalam jaringan UNESCO Global Geoparks. Keputusan ini diumumkan dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Prancis, pada 24 Mei 2023.
Menurut UNESCO, sebuah wilayah disebut sebagai geopark global jika wilayah tersebut memiliki nilai geologi, biologi, dan budaya yang signifikan, serta dikelola dengan konsep perlindungan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan. Proses pengembangan geopark melalui beberapa tahap, mulai dari penetapan warisan geologi hingga pengelolaan geopark.
Dengan potensi geologis yang unik, kekayaan biologis, dan keragaman budayanya, Danau Poso memiliki semua syarat untuk menjadi geopark yang mendunia. Harapan besar terletak pada upaya pemprov dan semua pemangku kepentingan dalam menjaga, mengembangkan, dan mempromosikan pesona alam ini kepada dunia. Danau Poso, dengan segala kekayaannya, siap menjadi destinasi yang menginspirasi dan edukatif bagi wisatawan lokal dan mancanegara.