Mahfud: Sardjito Layak Dikukuhkan Sebagai Pahlawan Nasional

Yogyakarta – Prof. Sardjito layak dan sangat memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Hal ini ditegaskan oleh Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Dr. Mahfud, M.D., dalam Seminar Nasional Dalam Rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Bagi Prof. Dr. M. Sardjito, MPH., di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Selasa (27/2).

Mahfud melihat semua syarat materiil dan formal berdasar peraturan perundang-undangan untuk itu telah dipenuhi. Dalam dunia politik peran penting yang dilakukan oleh Sardjito adalah peran politik inspiratif yakni ide dan konsep-konsep untuk mencetak kader bangsa yang biasa merawat dan membangun atau mengabdi kepada NKRI dengan mencetak sarjana yang sujana, sarjana yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah.

“Ia menjadikan Pancasila sebagai dasar pengembangan pendidikan serta dasar pengembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi yang dikembangkannya dari UGM. Peran ini tidak bisa dianggap ringan sebab kelangsungan Indonesia juga dibangun berdasar Pancasila,”kata Mahfud.

Senada dengan itu, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), A.M. Hendropriyono, dalam materinya yang disampaikan oleh Ketua Komite Medik RSPAD Gatot Subroto, Brigjend TNI Dr.dr Tugas Ratmono, Sp.S., MARS., menilai Sardjito adalah dokter sekaligus peneliti ulung yang bekerja di masa-masa sulit, dan mendedikasikan setiap pencapaian keilmuannya guna mendukung perjuangan membela dan mempertahankan tanah air dari cengkeraman kolonialisme.

“Ia adalah intelektual organik yang turun langsung ke medan perjuangan, menggapai dan mempertahankan kemerdekaan. Itulah mengapa kita patut menggelari Sardjito sebagai pahlawan,”tegasnya.

Sejarawan, Prof. Taufik Abdullah, mengatakan perhatian Sardjito tidak hanya terbatas pada penelitian dan pengajaran ilmu kedokteran, bahkan aktif juga dalam hubungan akademis internasional dan pembinaan pendidikan tinggi nasional.

“Prof. Sardjito sesungguhnya adalah seorang pahlawan bangsa yang telah berjasa besar dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan,”urai Taufik.

Dijend Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan pengusulan Prof. Sardjito sebagai pahlawan nasional  merupakan salah satu upaya konkrit untuk merawat imajinasi kebangsaan. Narasi mengenai seorang dokter nasionalis yang berupaya untuk membangun manusia-manusia Indonesia yang berjati diri ini, kata Hilmar, harus kembali diarusutamakan.

“Usaha merawat imajinasi kebangsaan tidak akan pernah selesai di tataran semboyan dan penyuluhan. Usaha itu haruslah melibatkan seluas mungkin elemen masyarakat untuk mengenal kembali dasar-dasar sejarah yang membuat Indonesia ada,”kata Hilmar.

Seperti diketahui, Prof. Dr. M. Sardjito lahir 13 Agustus 1889 di Desa Purwodadi, Magetan, Jawa Timur. Setelah menyelesaikan studinya di Sekolah Rakyat ia melanjutkan ke STOVIA di Jakarta. Berkat ketekunan dan kepandaiannya, ia lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa studi lanjut di Leiden. Gelar doktornya diraih di Leiden tahun 1923 setelah mempertahankan disertasi dengan topik penyakit-penyakit iklim panas.

Ia pernah menjabat sebagai Kepala Institut Pasteur Bandung, Rektor UGM selama 11 tahun serta Rektor Universitas Islam Indonesia pada tahun 1964-1970. Hasil penelitian Sardjito yang cukup terkenal antara lain Calcusol yang berguna untuk menghancurkan batu ginjal.

Related posts

Leave a Reply