Kudus, 2 Juni 2018 – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir melakukan kunjungan kerja ke Kudus, Jawa Tengah. Menristekdikti berkesempatan mengunjungi PT. Pura Barutama (Pura Group), perusahaan yang terdiri dari beberapa kelompok industri yang menggunakan teknologi tinggi (hi-tech) dalam menghasilkan produk. Sebagai pendiri Pura Group, Jacobus Busono pun meraih Gelar Perekayasa Utama Kehormatan 2015 Bidang Teknologi Mineral dari BPPT.
Dalam kesempatan tersebut, Nasir melihat berbagai produk yang dihasilkan oleh Pura Group dalam berbagai bidang seperti smart technology, total security system, pabrik kertas, offset, packaging, tinta cetak, plastic converting, dan sebagainya. Nasir pun mengapresiasi produk-produk inovasi yang dihasilkan oleh Pura Group.
“Pengembangan teknologi yang dilakukan oleh Pura sangat luar biasa. Saya harap masyarakat Indonesia sendiri bisa menikmati teknologi yang dikembangkan oleh anak negeri sendiri. Kalau anak Indonesia ada yang mampu, kenapa harus impor?,” ujar Nasir usai kunjungannya di Kantor Pusat Pura Group, Kudus, Sabtu (2/6).
Salah satu produk yang mencuri perhatian Nasir yaitu produk hologram yang dihasilkan oleh Pura. Produk tersebut menempatkan Pura sebagai salah satu holografer terbaik di dunia dan menerima Holography Awards dari IHMA (International Hologram Manufactures Association).
Nasir berharap kunjungannya ini bisa menjembatani industri dengan institusi pemerintah yang lain agar bisa memanfaatkan produk mereka. Terkait produk hologram misalnya Nasir berkeinginan untuk mengusulkan kepada LKPP tentang cara pengadaan barang dan jasa oleh Peruri sebagai pengguna utama produk inovasi dari Pura.
“Jika ini bisa dilakukan melalui e-katalog maka tidak perlu lagi membeli dari luar negeri melalui bidding atau tender,” pungkasnya.
Kolaborasi Politeknik dan SMK
Dalam lawatannya di Kudus, Nasir juga mengunjungi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada di bawah binaan Djarum Foundation diantaranya SMK Raden Umar Said untuk bidang fokus animasi dan game development, SMK Nahdatul Ulama Banat untuk bidang fokus fashion design dan SMK PGRI 1 Kudus untuk bidang fokus beauty and spa.
Dalam arahannya, Nasir mengatakan bahwa pembinaan SMK oleh Djarum Foundation sama halnya dengan revitalisasi pendidikan vokasi (politeknik) yang dilakukan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Diantaranya meliputi pembenahan kurikulum dan dosen.
Hal ini agar link and match antara lulusan pendidikan vokasi dan kebutuhan industri dapat berjalan dengan baik. Nasir berharap politeknik juga bisa mensupply guru-guru SMK.
“Dari D3 saya naikkan ke D4. Dosennya harus mempunyai sertifikat, lulusannya juga harus mendapat sertifikat. Sehingga lulusan politeknik juga bisa mengajar di SMK,” terangnya.
Nasir juga mengungkapkan upaya pemenuhan guru dan kurikulum harus dibenahi agar sesuai dengan perkembangan zaman atau era revolusi industri 4.0.
“Untuk itu mindset para dosen ataupun guru harus diubah. Cara mengajar harus berubah agar mahasiswa atau siswa SMK bisa berinovasi,” tutur Nasir.
Selanjutnya menurut Nasir harus dibuat pola-pola agar target lulusan ke depan dapat tercapai ke dunia industri.
“Nantinya perguruan tinggi-perguruan tinggi akademik akan saya minta untuk mengubah kurikulumnya. Desain kurikulum harus sesuai dengan bidang profesionalnya,” pungkas Nasir.
Program Director Djarum Foundation Primadi H. Serad dalam kesempatan yang sama mengharapkan adanya kolaborasi antara SMK dengan perguruan tinggi.
“Kami membutuhkan perguruan tinggi agar dapat menghasilkan guru SMK yang mumpuni, memiliki High Order Thinking Skills yang baik, memiliki kompetensi bahasa inggris, serta menyelaraskan kurikulum dengan industri,” ucap Primadi.
Read more at https://ristekdikti.go.id/kunjungi-pura-group-menristekdikti-berharap-masyarakat-indonesia-nikmati-produk-inovasi-karya-negeri-sendiri-2/#6WREpHPUjD7Kv4SI.99