JAKARTA, 2 Mei 2018 – Posisi Malaysia sebagai pusat start-up teknologi kini semakin kuat. Peresmian Digital Free Trade Zone (DFTZ) di Malaysia, atau wadah ekonomi digital pertama di dunia selain Tiongkok yang menciptakan 60.000 pekerjaan, berperan penting dalam mengukuhkan kekuatan ekonominya di Asia Tenggara. Seperti disampaikan Tan Sri Musa Aman (Musa Aman), Ketua Menteri Sabah, negara bagian tersebut kini mengalokasikan RM 44,4 juta, atau lebih dari Rp 150 miliar, kepada 102 inkubator lewat program pengembangan kewirausahaan demi peningkatan inovasi start-up dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Optimizinc, sebuah platform digital Indonesia yang membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM), melihat ini sebagai peluang bagi UKM dan startup di Indonesia untuk merambah pasar Malaysia. “Saya meyakini, hubungan ekonomi bilateral Indonesia dan Malaysia akan memasuki babak baru. Kini, Indonesia harus terus menciptakan berbagai peluang baru bagi UKM agar bisa memanfaatkan pasar Malaysia yang terus berkembang,” ujar Annisa M Azwan, Direktur Pemasaran Optimizinc. Berdiri sejak tahun 2017, Optimizinc telah menyukseskan 71 UKM di Indonesia.
Pembangunan jalur darat Serudong (Sabah, Malaysia) dan Simanggaris (Kalimantan Utara, Indonesia) – yang ditargetkan selesai 2019, berperan penting mendorong perekonomian Sabah dengan melibatkan industri berteknologi canggih. “Jalan ini akan menjadi peluang kerja sama yang luar biasa bagi kedua negara. Kalimantan Utara, misalnya, akan menyediakan banyak sumber daya alam dan hasil pertanian. Sementara Sabah, berkontribusi menyalurkan teknologi dan pengetahuan, melalui rantai nilai lintas batas, ” tambah Annisa M Azwan.
Saat ini, Kalimantan Utara menjadi pasar ekspor yang kuat bagi Sabah, dan sumber terbesar berasal dari sektor agribisnis, seperti kopi dan kelapa sawit. Pada 2017, nilai ekspor kopi ke Sabah bahkan mencapai Rp 14 miliar per bulan. Demi mendukung pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, Musa Aman kemudian meluncurkan Borneokaki.com, sebuah portal online untuk membantu produsen lokal memperluas jangkauan pasar. “Inovasi UKM yang kian cepat akan mengubah pola pikir wirausaha muda dalam menjual produknya,” ujar Annisa M Azwan.Melihat potensi tersebut, beberapa lembaga seperti Malaysia International Chamber of Commerce & Industry dan BIMP-EAGA Business Council of Kinabalu mulai menjajaki peluang berinvestasi di Kalimantan Utara.
Musa Aman juga menyediakan dana khusus sebesar RM 105 juta, atau lebih dari Rp 370 miliar, bagi badan-badan pemerintah dan kementerian Sabah. Pemerintah Sabah akan terus mengembangkan sektor pariwisata dan Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) melalui Sabah International Convention Centre (SICC). Ditargetkan selesai tahun ini, proyek tersebut kelak dapat menampung hingga 5.000 orang dan menciptakan 10.000 lapangan pekerjaan; sekaligus menjadi peluang lapangan pekerjaan baru, termasuk bagi masyarakat di Indonesia dan sekitarnya.