Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan Groundwater Working Group (GWWG), Global Water Partnership Southeast Asia (GWP SEA) dan berbagai pihak menyelenggarakan
workshop multistakeholder pengelola air di DIY dengan tema “Sinergi dan Kolaborasi Aksi Konservasi untuk Keberlanjutan Sumberdaya Air”. Workshop bertempat di Fakultas Bioteknologi UKDW dihadiri Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) DI Yogyakarta, Ir. Bambang Sugiarto MT yang membahas Kelembagaan dan Pengelolaan Sumber Daya Air di D.I. Yogyakarta. Dilanjutkan oleh Ketua GWWG Fakultas Geologi Universitas Gajah Mada (UGM) Dr. Heru Hendrayana, yang membawakan materi Peta Sumber Air Baku di DIY dan Strategi Konservasinya. Workshop yang difasilitasi oleh Fany Wedahudiutama, dari GWP Southeast Asia ini bertujuan mencari solusi krisis air di DIY, merumuskan multi stakeholder platform perlindungan dan pengelolaan air terintegrasi dan berkelanjutan beserta kelembagaannya.
Ketersediaan dan kemudahan akses air bersih merupakan elemen penting dalam kehidupan. Namun sampai saat ini ketersediaan dan akses terhadap air bersih menjadi salah satu persoalan pelik yang kita hadapi. Secara nasional pemerintah melalui PDAM di seluruh Indonesia belum mampu meningkatkan prosentase layanan air bersih secara signifikan karena beberapa faktor seperti minimnya ketersediaan air baku, rumitnya regulasi, kewenangan (antara kabupaten/kota dan propinsi, antar sektor), banyaknya jumlah PDAM yang kondisinya tidak sehat dan lain-lain. Hal yang sama juga dialami oleh Kota Yogyakarta, bahkan semenjak awal tahun 2000 sudah mengalami defisit air dan sampai saat ini masih belum ada gambaran solusi untuk mensiasati krisis air bersih tersebut. Proyek ambisius pengadaaan air bersih “Kartamantul” pun juga belum menampakan hasil mengatasi defisit air bersih. Kondisi krisis dan defisit air yang berkepanjangan akan berdampak secara luas dalam berbagai aspek kehidupan kita, baik dibidang kesehatan, pertanian, industri, perekonomian dan kesehatan lingkungan. Peliknya permasalah air dengan berbagai faktor penyebab dan kendala yang ada, sangatlah tidak mungkin bila kita hanya bertumpu pada pemerintah untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan tersebut. Sampai saat ini koordinasi dan kerjasama antar stakeholder pengelolaan air masih sangat kurang.
Ketua pelaksana Workshop yang juga dosen Fakultas Bioteknoligi UKDW, Djoko Rahardjo, menyampaikan bahwa kolaborasi multistakeholder pengelola air merupakan modal penting untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya air yang terintegrasi dan berkelanjutan. “Semua pemangku kepentingan perlu menyusun agenda bersama untuk mempelajari dan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengadaan air, mempelajari kandungan air tanah dan kondisinya serta membangun kolaborasi yang berdampak secara luas pada keamanan air dan komitmen terhadap masa depan air”, jelas Djoko.
Ketua GWWG, Heru Hendrayana mengatakan bahwa keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Sumber Daya Air beberapa tahun belakangan ini patut diapresiasi. “Kami mengimplementasikan MATA PERSADA (Matriks Penilaian Perlindungan Sumber Daya Air Tanah) sebagai piranti untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja perusahaan dalam mengelola Sumber Daya Air yang digunakannya. Setiap tahun, jumlah perusahaan yang berpartisipasi makin meningkat, tercatat, Saat ini Danone-AQUA dan beberapa perusahan lain seperti Coca Cola, Sido Muncul, beberapa perusahaan lain dan rumah sakit yang cukup aktif, saya harap di Yogyakarta juga bisa di adopsi oleh lebih banyak pihak swasta kedepan”, Kata Heru
Tidak bisa bergerak sendiri, beberapa agenda prioritas yang perlu dilakukan yaitu membangun modal sosial untuk pengelolaan air bersih yang lebih baik, mengembalikan air ke sistem alaminya, baik itu air permukaan maupun air tanah, mengarahkan pengelolaan air yang dilakukan oleh masyarakat dan swasta selaras dengan Rencana Aksi pengelolaan sumber daya air yang telah digariskan oleh pemerintah.