Jakarta, 10 Januari 2018 – Tahun 2017 baru saja dilalui dengan berbagai situasi yang cukup dinamis dan penuh tantangan, baik di dunia, maupun di Indonesia. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan membaik. Hal itu didukung dengan membaiknya perdagangan global dan pelonggaran kebijakan fiskal Amerika Serikat (AS). Meski demikian, ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai.
Pertumbuhan ekonomi global yang membaik juga dapat menjadi katalis positif untuk ekonomi Indonesia. Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang dicanangkan Pemerintah, dinilai cukup realitis dan dapat tercapai. Namun, dengan catatan, pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia terjaga pada 2018.
Hal ini dapat ditopang berdasar sentimen-sentimen positif yang sudah ada, contohnya dari pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat yang menunjukkan tren positif sebagai sentimen eksternal. Dari internal, momen pemilihan kepala daerah (pilkada) di 17 provinsi pada 2018 diharapkan dapat mendongkrak daya beli masyarakat. “Belum lagi sekitar 100 lebih daerah juga akan melaksanakan pemilihan Kepala Daerah. Ini lebih besar dari Pilkada serentak 2017 lalu. Ada tiga Provinsi besar yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur yang populasi 30-40 persen dari total masyarakat Indonesia. Ini juga diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat di 2018,” ujar Head of Intermediary PT Schroders Investment Management Indonesia Teddy Oetomo.
Teddy menambahkan, tekanan ekonomi dalam negeri di tahun depan, akan lebih disebabkan faktor eksternal seperti risiko geopolitik. Kalau dari dalam negeri, Teddy melihat ekspor-impor dalam posisi yang cukup baik dan likuiditas perbankan juga dalam keadaan yang cukup. Rasio utang Indonesia pun merupakan paling rendah dibandingkan banyak negara lain di dunia.[1]
Momentum perekonomian yang membaik ini harus dijadikan peluang untuk berinvestasi. Namun perlu diingat, dalam berinvestasi harus memperhatikan bentuk investasi dan profil risiko dari masing-masing.
Head of Wealth Management and Retail Digital Business Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan bahwa dalam merespon kebutuhan investasi nasabah di era ekonomi digital, Bank Commonwealth berkomitmen mendampingi Nasabah dalam meningkatkan kesejahteraan finansialnya melalui perbankan digital salah satunya dengan Dynamic Model Portofolio yang merupakan benefit dari Premier Banking. Dynamic Model Portfolio merupakan sebuah konsep investasi yang tidak hanya fokus pada perpaduan kelas aset berdasarkan profil risiko Nasabah, namun juga berdasarkan risiko pasar. “Kami mengambil pendekatan portofolio yang menyeluruh dengan berbagai solusi dan produk yang dirancang sesuai tujuan finansial,” jelas Ivan.
Dynamic Model Portfolio akan mengumpulkan berbagai informasi pasar, memilah mana yang paling relevan untuk setiap Nasabah berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi mereka, kemudian memberikan saran terkait penempatan portofolio aset-nya. “Nasabah pun dapat menggerakkan asetnya secara dinamis, tidak harus sama dengan proporsi investasi yang ditentukan di awal. Melalui Dynamic Model Portfolio, kami ingin melayani Nasabah kami dengan layanan wealth management yang mampu membantu mereka memahami realita pasar yang dinamis daripada hanya statis terpaku pada teori semata,” kata Ivan.
Dengan perkembangan teknologi, anak muda juga bisa memulai investasi. Apalagi saat ini Indonesia memiliki bonus demografi dimana jumlah masyarakat berusia muda (generasi milenial) dengan rentang usia antara 21 tahun – 40 tahun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mendominasi populasi penduduk Indonesia dengan jumlah mencapai 34% dari total populasi penduduk Indonesia. Generasi dengan kreativitas tinggi, percaya diri, penuh energi dan terkoneksi dengan teknologi digital ini merupakan early adopter produk-produk keuangan dan investasi yang mulai menata kehidupan masa depannya. “Guna menggarap pasar generasi milenial yang technology savvy ini, Bank Commonwealth menyiapkan produk-produk perbankan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup mereka, serta memiliki kemudahan layanan dan komunikasi didukung kesiapan transformasi teknologi dan digital. Hal ini diwujudkan melalui produk-produk dan layanan berbasis digital Bank Commonwealth seperti Tyme Digital, Digital Branch, dan AutoInvest,” ungkap Ivan.
Ivan menambahkan, untuk dapat berinvestasi melalui AutoInvest, generasi milenial dapat membuka rekening Bank Commonwealth melalui Tyme Digital. Tyme Digital merupakan pionir perbankan digital yang memungkinkan calon Nasabah untuk membuka rekening bank dalam waktu 10 menit. Tyme Digital memiliki keunggulan dibanding produk bank lain yaitu proses layanan perbankan self-service yang aman, cepat, dan mudah. Dengan menggunakan Tyme Digital, proses pembukaan rekening, termasuk aktivasi kartu ATM serta internet banking dan mobile banking hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit tanpa perlu datang ke Kantor Cabang. “Kami optimistis dengan transformasi dan inovasi digital, produk dan layanan kami dapat menjadi pilihan dalam memenuhi kebutuhan finansial yang sesuai dengan generasi milenial. Komitmen kami adalah untuk selalu mendampingi nasabah dalam merencanakan kebutuhan finansial mereka serta untuk meraih imbal hasil yang optimal,” tutup Ivan.
[1] Pandangan dan opini yang terdapat di dalam tulisan ini adalah pendapat dari Teddy Oetomo, Head of Intermediary Business PT Schroder Investment Management Indonesia (“Schroders Indonesia”) dan belum tentu mewakili pandangan yang diungkapkan atau mencerminkan pendapat dari Schroders Indonesia. Materi ini tidak dimaksudkan untuk memberikan, dan tidak boleh diandalkan sebagai rekomendasi akuntansi, nasihat hukum atau pajak, atau investasi. Informasi di sini diyakini kebenarannya akan tetapi Schroders Indonesia tidak menjamin kelengkapan atau akurasinya. Hal ini tidak mengesampingkan atau membatasi setiap tugas atau kewajiban yang Schroders Indonesia miliki terhadap nasabah kami yang diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan di Indonesia.
Tentang Bank Commonwealth
Bank Commonwealth adalah anak perusahaan Commonwealth Bank of Australia (CBA) yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 1997, di mana CBA merupakan salah satu kelompok usaha terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Australia dan tercatat dalam Morgan Stanley Capital Global Index. Didukung oleh lebih dari 1.700 tenaga profesional di bidang perbankan, Bank Commonwealth saat ini melayani nasabah di 25 kota di Indonesia.
Bank Commonwealth menawarkan beragam solusi perbankan yang menarik, seperti tabungan, deposito, KPR, rangkaian produk investasi dan bancassurance, kredit modal kerja dan kredit berjangka bagi SME, Safe Deposit Box (SDB), Call Centre 24 jam dan juga Internet Banking untuk Internet Banking Individu dengan fitur khusus yang menawarkan fleksibilitas bagi nasabah untuk menetapkan tanggal transaksi, fitur standing order, dan pembelian reksa dana.
Bank Commonwealth telah memecahkan dua rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melalui Tyme Digital – platform digital banking pertama di Indonesia dengan end-to-end onboarding (kartu ATM, Mobile Banking dan Internet Banking aktif) dalam waktu 10 menit dan Mobile Banking Bank Commonwealth sebagai platform diaplikasi Mobile Banking pertama dengan fitur investasi. Selain Tyme Digital, Bank Commonwealth juga menawarkan best in class customer experience melalui Digital Branch yang telah hadir di Kensington, Kelapa Gading, PIK, dan WTC 6.