Perluas Pasar Industri Fesyen Dalam Negeri Lewat Indonesia Fashion Week 2018

Kementerian Perindustrian terus mendorong industri fesyen semakin berperan penting dalam perekonomian nasional. Industri yang termasuk salah satu dari 16 kelompok industri kreatif tersebut menyumbang kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 3,76 persen pada 2017. Pada periode tersebut, ekspor industri fesyen mencapai USD13,29 miliar atau meningkat 8,7 persen dari tahun sebelumnya.

“Hal ini merupakan prestasi yang sangat membanggakan dan menunjukkan bahwa industri fesyen nasional memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian PerindustrianGati Wibawaningsih dalam pembukaan Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (28/3).

Gati mengatakan bahwa di tengah persaingan yang semakin kompetitif, industri fesyen harus terus didorong sehingga mampu bertahan dan meningkatkan penetrasi pasar internasional yang saat ini baru mencapai 1,6 persen. “Upaya-upaya yang dilakukan antara lain penumbuhan wirausaha baru, penerapan SNI, penguatan pendidikan vokasi industri fesyen yang tersertifikasi SKKNI, fasilitasi kemudahan KUR, restrukturisasi mesin/peralatan, fasilitasi promosi, pendampingan tenaga ahli desain, peningkatan kompetensi SDM serta penguatan branding produk fesyen untuk meningkatkan kecintaan konsumen pada produk dalam negeri,” jelas Gati.

Salah satu strategi perluasan jangkauan pasar bagi produk fesyen dilakukan melalui program e-Smart IKM yang telah di-launching sejak tahun 2016. Melalui program tersebut, Kementerian Perindustrian menyediakan showcase bagi produk dalam negeri, termasuk produk fesyen, agar produknya dapat merambah konsumen dari berbagai daerah.

Kemenperin telah menjalin kerja sama dengan lima marketplaces, yaitu Shoppe, Bukalapak, Tokopedia, Belanja.com dan Blibli untuk mendukung program e-Smart IKM. “Pada tahun 2017 kami telah melakukan workshop e-Smart IKM kepada 1.730 IKM dan pada tahun 2018 ini kami akan melakukan workshop serupa pada 4.000 IKM. Kami berharap para peserta IFW 2018 dapat bergabung dalam program e-Smart IKM ini,” pungkasnya.

Kiblat Mode Muslim Dunia

Lebih spesifik, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia sangat berpotensi menguasai industri fesyen muslim dunia.Industri busana muslim diperkirakan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,1 juta orang dari total 3,8 juta tenaga kerja industri fesyen.

Saat ini, Indonesia menduduki posisi kelima sebagai pengekspor fesyen muslim terbesar di dunia, setelah Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan. Sehingga, sangat layak bagi Indonesia untuk dapat menjadi kiblat fesyen muslim di dunia pada tahun 2020.

Untuk menjadi pusat mode muslim dunia, ekspor produk muslim didorong untuk menjadi yang tertinggi di dunia. “Kami mengusulkan pemisahan HS untuk produk fesyen muslim agar bisa secara pasti mengetahui nilai ekspor dan perbandingannya dengan Bangladesh, Pakistan dan negara lainnya,” tutur Gati.

Gati menyampaikan, pihaknya mendukung upaya IFW 2018 dalam mengangkat industri fesyen muslim tanah air sebagai kiblat dunia. Dalam gelaran ini, dihadirkan 1 hall khusus untuk produk busana muslim dari dalam negeri.

Kementerian Perindustrian juga memberikan apresiasi kepada Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang telah konsisten mengembangkan industri fesyen. IFW yang telah memasuki tahun ke-7 merupakan kontribusi APPMI dalam peningkatan daya saing sektor ini.

Mengangkat tema Cultural Identity, IFW menghadirkan kain-kain nusantara yang merupakan identitas budaya dan telah menjadi bagian dari produk fesyen Indonesia. Kemenperin memfasilitasi sebanyak 18 boothindustri kecil dan menengah yang merupakan binaan Ditjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan Ditjen  Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) yang terdiri dari industri fesyen, kain tenun, aksesoris, dan alas kaki.

Related posts

Leave a Reply