Harga Emas Masih Kuat, Analis Dupoin Ingatkan Risiko Koreksi Jangka Pendek

doc. Dupoin Indonesia (PT. Dupoin Futures Indonesia)

17 Desember 2025 – Harga emas dunia (XAU/USD) pada hari ini dinilai masih memiliki peluang untuk melanjutkan tren kenaikan, seiring respons pelaku pasar terhadap rilis data ekonomi Amerika Serikat serta perkembangan situasi geopolitik global. Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai bahwa pergerakan emas saat ini masih berada dalam fase bullish yang cukup kuat, meskipun tetap perlu diwaspadai potensi koreksi dalam jangka pendek.

Pada perdagangan Selasa (16/12), harga emas sempat mengalami pembalikan arah setelah pasar mencerna laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat yang menunjukkan adanya pelemahan di sektor tenaga kerja. Kondisi tersebut mendorong harga emas naik hingga mencapai level tertinggi harian di sekitar $4.335. Namun, tekanan aksi ambil untung membuat harga kembali terkoreksi dan ditutup melemah sekitar 0,23%, dengan posisi bertahan di kisaran $4.296.

Read More

Andy Nugraha menjelaskan bahwa dari sisi teknikal, kombinasi pola candlestick serta indikator Moving Average saat ini masih memperlihatkan sinyal penguatan tren bullish pada XAU/USD. Struktur pergerakan harga dinilai masih mencerminkan dominasi pembeli, sehingga peluang kenaikan tetap terbuka selama harga mampu bertahan di atas area support krusial.

Untuk pergerakan hari ini, Andy memproyeksikan bahwa jika dorongan beli berlanjut, harga emas berpotensi melanjutkan penguatan menuju area resistance di sekitar $4.348. Meski demikian, ia juga mengingatkan bahwa kegagalan menembus level tersebut dapat memicu koreksi teknikal, dengan potensi penurunan awal mengarah ke area support di sekitar $4.294.

Pada perdagangan Rabu (17/12), emas tercatat bergerak menguat secara terbatas. XAU/USD diperdagangkan di kisaran $4.315 setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah harian di sekitar $4.271. Penguatan ini terjadi seiring pasar kembali merespons laporan ketenagakerjaan AS yang tertunda. Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan hasil yang beragam, di mana jumlah angkatan kerja meningkat di atas ekspektasi, sementara tingkat pengangguran justru naik ke level tertinggi sejak 2021.

Laporan tersebut dinilai membuka peluang bagi pelonggaran kebijakan moneter lanjutan. Namun demikian, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga pada Januari 2026 masih tergolong rendah, yakni di kisaran 25%. Di sisi lain, data Penjualan Ritel AS dari Biro Sensus menunjukkan bahwa belanja konsumen stagnan secara bulanan pada Oktober, mencerminkan tekanan akibat kenaikan harga kebutuhan pokok serta barang impor yang terdampak kebijakan tarif.

Sementara itu, meredanya ketegangan geopolitik turut menahan laju penguatan emas. Adanya laporan kemajuan dalam perundingan damai antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi Amerika Serikat sedikit mengurangi minat terhadap aset safe haven. Optimisme dari pejabat Ukraina serta pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai peluang tercapainya kesepakatan damai membuat arus dana ke emas cenderung terbatas.

Ke depan, pelaku pasar akan menantikan rilis data inflasi AS serta Klaim Pengangguran Awal, menjelang publikasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE). Andy Nugraha menilai, selama ketidakpastian terkait arah kebijakan moneter dan kondisi ekonomi global masih berlanjut, pergerakan harga emas berpotensi tetap fluktuatif dengan kecenderungan menguat dalam jangka pendek.

Related posts

Leave a Reply