JAKARTA – Sejarah mencatat, letusan gunung api besar yang mengubah dunia beberapa diantaranya terjadi di Indonesia, seperti gunung api Tambora, Rinjani dan Krakatau. Dengan 500 gunung api yang dimiliki, dimana 127 merupakan Gunungapi Aktif yang memiliki beragam karakter, Indonesia menjadi tempat yang ideal bagi peneliti gunung api dunia untuk melakukan riset kegunungapian.
Perancis, sebagai salah satu negara yang telah lama bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dalam penelitian gunung api ini pun ingin meningkatkan kerjasama mitigasi kebencanaan geologi melalui penanandatangan Agreement (kerjasama) Indonesia dengan Perancis terkait Mitigasi Bencana Geologi, di Jakarta, Senin (26/3). Penandatanganan dilakukan oleh duta Besar Perancis untuk Indonesia, Jean-Charles Berthonnet dan Kepala Badan Geologi ESDM, Rudy Suhendar.
“Kolaborasi tidak hanya dalam arti capacity building untuk pembangunan antar kita, mereka lebih paham dan kita lebih paham, tetapi akan lebih berguna bagi uji coba secara internasional seluruh dunia menjadi, me-refer dari hasil-hasil yang kita peroleh,” ujar Sekretaris Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Antonius Ratdomopurbo usai acara penandatanganan Agreement.
Lebih lanjut Antonius mengungkapkan, kerjasama dalam penelitian antar para peneliti gunung api dunia merupakan budaya yang berlaku sejak dulu. Keberhasilan di suatu tempat akan mempercepat perkembangan akurasi di tempat lain. “Jadi kolaborasi Perancis dengan kita yang telah dirintis selama 50-60 tahun lalu ini, bisa memberikan kontribusi bagi semua pihak karena keberhasilan penelitian di Indonesia akan menjadi keberhasilan di tempat lain dan itu budaya internasional dikalangan peneliti vulkanologi dunia ,” tambah Antonius.
Indonesia saat ini memiliki banyak ahli di bidang gunung api. Kerjasama dengan ahli-ahli dunia sangat diperlukan untuk menghasilkan penemuan terbaru yang lebih akurat. “Semua teknologi kegunungapian di dunia itu ada di Indonesia. Teknologi itu tidak bisa diam tanpa kita ikuti, dan supaya kita cepat maka kita berkolaborasi, agat para ahli Indonesia dapat bertemu dengan para ahli-ahli dunia lainnya, berdiskusi dan maju cepat, tidak ada alasan lain. Orang semakin tidak berkolaborasi itu lambat majunya,” jelas Antonius.
Di Indonesia terdapat gunung yang aktif dengan rata-rata 100 tahun, 50 tahun dan di bawah 10 tahunan. Gunung Galunggung merupakan contoh gunung api yang meletus dengan ritme rata-rata 100 tahun sekali, sedang gunung yang meletusnya 50 tahun sekali contohnya adalah Gunung Agung, dan yang dibawah 10 tahunan contohnya, Gunung Merapi, Ibu, dan Dukono. “Diantara 129 gunung aktif itu kalau di rata-rata yang aktif dalam setiap tahun itu rata-rata 5 gunung api secara bergantian,” pungkas Antonius.