Jakarta, 6 September 2023 — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE) (IDX: PGEO) telah memperkuat komitmennya untuk menjadi pionir dalam mendukung transisi ke energi terbarukan dan mencapai target Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia.
Partisipasi dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF): Implementation of the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific 2023 menjadi momen penting bagi Pertamina Geothermal Energy dalam mewujudkan komitmennya tersebut.
Julfi Hadi, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk., mengungkapkan, “Sebagai perusahaan yang mempromosikan transisi ke energi terbarukan, kami melihat bahwa AIPF memiliki peran signifikan dalam mempercepat proses tersebut di Indonesia melalui kolaborasi dan berbagi pengetahuan dengan pemangku kepentingan strategis.”
Dalam rangkaian acara AIPF, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 mendapatkan perhatian khusus saat tampil di Booth Green Infrastructure BUMN. Proyek ini juga menjadi kunjungan Presiden Joko Widodo dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Julfi menjelaskan, “PLTP Lumut Balai Unit 2 merupakan bagian dari proyek strategis nasional yang mendukung percepatan transisi ke energi terbarukan di Indonesia.”
Ketika membuka ASEAN-Indo-Pacific Forum, Presiden Joko Widodo menyampaikan tiga agenda utama, salah satunya adalah infrastruktur hijau dan rantai pasok yang tangguh. Dalam konteks infrastruktur hijau, Julfi menekankan kontribusi Pertamina Geothermal Energy melalui optimalisasi pengelolaan potensi panas bumi yang tersebar di berbagai Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Indonesia.
Julfi juga menjelaskan kolaborasi yang ada di proyek Lumut Balai Unit 2, yang melibatkan kerjasama antara Indonesia, Jepang, dan Tiongkok. “Pertamina Geothermal Energy bermitra dengan tiga perusahaan, yakni Mitsubishi Corporation, SEPCO III Electric Power Construction Co, Ltd. (SEPCO III), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dalam mengembangkan proyek Lumut Balai Unit 2.”
Lumut Balai Unit 2 memiliki kapasitas sebesar 55 MW, setara dengan pasokan listrik untuk 55.000 rumah, dan memiliki potensi signifikan untuk mengurangi emisi sebanyak 581.784 ton CO2 setiap tahunnya melalui pengurangan Hydrogen sulfide (H2S) dan pencairan CO2, serta berpotensi menghasilkan green hydrogen melalui elektrolisis air untuk green methanol.
Julfi menambahkan bahwa proyek Lumut Balai Unit 2 saat ini sedang mengalami tahap kajian teknis yang intensif, persiapan pembangunan fasilitas produksi, kegiatan test piling, serta persiapan GPP Earthwork. “Kami berharap proyek ini akan memulai operasinya pada tahun 2024,” tutupnya.