Delegasi Badan Semi Otonom (BSO) International Law Student Association (ILSA) Fakultas Hukum, Universitas Airlangga bersama delegasi Universitas Indonesia (UI) akan mewakili Indonesia di ajang kompetisi peradilan semu (moot court) Philip C. Jessup di Washington, D.C, USA, 1-7 April 2018 mendatang.
Pendelegasian ini diputuskan setelah keduanya berhasil mengalahkan 24 delegasi lain dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia lewat kompetisi yang diselenggarakan oleh Indonesian Society of International Law (ISIL) di Universitas Udayana, Denpasar, Bali, beberapa waktu yang lalu. Delegasi UNAIR memperoleh Runner Up dan delegasi UI memperoleh juara I.
“Philip C. Jessup adalah kompetisi peradilan semu internasional tertua di dunia. Setiap tahunnya diadakan putaran nasional dimana dua tim terbaik akan mewakili negara tersebut untuk bertanding di putaran internasional,” tutur Dewi Santoso selaku ketua delegasi.
Para delegasi yang mewakili ILSA dalam kompetisi kali ini ialah Dewi Santoso (2015) oraralis sekaligus ketua delegasi, Bima Adhijoso (2015) oralis, Zulfikar Winarno (2015) oralis, Regine Wiranata (2016) oralis, dan Mutiara Kasih (2014) tim advisor. Selain tim inti tersebut, juga terdapat researchers yakni Megawati Widjaja (2016), Maya Assegaf (2015), Shofy Suma (2016), dan Thesalonica (2017).
Di babak penyisihan, delegasi UNAIR melawan empat tim berbeda. Di babak quarter melawan Universitas Atmajaya Jakarta, di babak semi final melawan Universitas Padjajaran, dan di babak final melawan Universitas Indonesia.
“Materi tahun ini cukup bervariasi dan sangat menantang. Di antaranya keabsahan putusan arbitrase, penangkapan kapal, perang di laut, dan kewajiban pelucutan senjata dalam hukum internasional,” ujar mahasiswa semester enam itu.
Sebelumnya, selama enam bulan lamanya para delegasi mempersiapkan segala sesuatu untuk menunjang penampilan mereka saat lomba. Mulai dari pembuatan berkas memorial hingga presentasi oral pleading.
Tak dipungkiri, sebelum mengikuti kompetisi, delegasi BSO ILSA mengalami kendala perihal biaya. Sebab, biaya yang dikeluarkan cukup banyak, mulai biaya pendaftaran hingga keberangkatan. Namun hal itu membuahkan hasil yang memuaskan dengan mengantongi predikat Runner Up.
“Kami sangat senang dan bersyukur. Kami tidak meyangka karena selama 14 tahun UNAIR mengikuti lomba ini akhirnya kami bisa mencapai posisi ini dan berkesempatan untuki mewakili Indonesia di putaran internasional,” tambah Dewi.