Jakarta, 17 Maret 2022 – Esri Indonesia, penyedia solusi geospasial terkemuka di Indonesia, mengumumkan kemitraan strategis dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS), badan pelaksana pusat untuk nasional dan kebijakan umum dalam bidang pencarian dan pertolongan. Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG), Analisa Big Data, dan Teknologi Kecerdasan Buatan (AI).
Pada tahun 2020, Indonesia mengalami 29 bencana alam – menjadikannya negara paling rawan bencana alam di dunia. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana yang paling banyak terjadi pada tahun 2020 adalah bahaya hidrometeorologi atau bencana yang terjadi akibat dari fenomena meteorologi1.
Penggunaan teknologi geospasial dapat secara signifikan meningkatkan kolaborasi antara lembaga pemerintahan terkait yang memungkinkan mereka untuk dapat mengakses informasi yang akurat, sesuai dengan wewenang, kapan saja dan di mana saja. Penggunaan teknologi geopasial ini akan mengoptimalkan koordinasi yang lebih efisien untuk waktu tanggap bencana dan kegiatan penyelamatan di seluruh wilayah.
Menurut Christanto Yanuar, Country Sales Manager Esri Indonesia, kemajuan teknologi dan inovasi telah menciptakan peluang baru untuk meningkatkan ketahanan bencana dan mengurangi risiko bencana. Perkembangan disrupsi teknologi – seperti kecerdasan buatan (Artifical Intelligence), Internet untuk Segala (Internet of Things) dan Mahadata (Big Data) telah bertansformasi ke berbagai bidang, termasuk meminimalisasi resiko bencana dan manajemen bencana. Misalnya, algoritma berbasis AI dapat digunakan dalam analisis prediktif untuk membantu memprediksi bencana serta mempercepat waktu pemulihan dan waktu tanggap.
“Ketika setiap detik berharga dan tingkat resiko yang tinggi, badan yang berada di garis terdepan harus membuat keputusan yang didorong oleh data real-time otoritatif yang akurat, sehingga mereka yakin bahwa mereka telah membuat pilihan terbaik walau di bawah tekanan,” kata Yanuar.
“Di sinilah pentingnya kemitraan kami dengan BASARNAS dalam membantu para pemangku kepentingan agar dengan cepat mengintegrasikan, melakukan visualisasi, dan yang terpenting memahami data dari berbagai lembaga selama bencana alam.”
“Dengan menggunakan platform ArcGIS, salah satu industri terkemuka dari Esri, tim BASARNAS dapat dengan cepat memvisualisasikan masyarakat yang terkena dampak dan infrastruktur kritikal yang rusak. Kapabilitas ini dapat memfasilitasi para pengambil keputusan dengan kesadaran penuh akan situasi yang dihadapi yang dapat membantu mereka secara efisien memobilisasi sumber daya yang terbatas dan mengoptimalkan rute pasokan kebutuhan bantuan yang mendesak”
“Di BASARNAS, misi kami adalah memastikan keselamatan dan keamanan penduduk saat terjadi bencana alam. Teknologi GIS akan memperkuat kami kami di dalam merencanakan, membuat keputusan, serta mengelola sumber daya dan fasilitas kami dengan lebih baik serta mengadopsi standar operasional yang ditetapkan oleh International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG),” kata Marsdya Henri Alfiandi, Kepala BASARNAS. “Kemitraan strategis dengan Esri Indonesia ini diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas kami sebagai lembaga SAR nasional dan memperkuat ketahanan BASARNAS dalam melakukan operasi kemanusiaan di Indonesia,” pungkas Alfiandi. Untuk mendukung pemanfaatan solusi di Basarnas secara maksimal, Esri Indonesia akan melakukan proses dukungan berupa instalasi dan konfigurasi, yang dilanjutkan dengan pelatihan mengenai pemanfaatan sistem sepanjang tahun. Untuk membantu pemerintah dan masyarakat setempat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap wabah virus di tanah air, melalui Pusat Dukungan Darurat Geopasial atau Emergency Spatial Support Center (ESSC) diluncurkan oleh Esri Indonesia pada tahun 2020 sebagai Geoportal COVID-19. Badan tersebut sebelumnya telah memberikan upaya tanggap darurat dengan bantuan dengan teknologi geospasial dan keahlian jika terjadi keadaan darurat nasional, termasuk gempa bumi Palu-Donggala, tsunami, erupsi Gunung Agung pada tahun 2017 dan bencana banjir yang melanda Jakarta belum lama ini.