Kinerja ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV tahun 2020 melanjutkan tren yang semakin positif. Kinerja ekonomi terkontraksi -0,62 persen (yoy), tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -1,10 persen (yoy) dan masih lebih baik dibandingkan dengan kinerja nasional. Dengan realisasi tersebut pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan untuk keseluruhan tahun 2020 terkontraksi -0,70 persen (yoy).
Demikian diungkapkan Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Amir Uskara saat memimpin pertemuan Komisi XI DPR RI dengan Pemprov Sulsel, yang juga dihadiri perwakilan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Mandiri, BTN, BNI dan BRI di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (12/4/2021).
“Perbaikan kinerja ekonomi pada triwulan IV terutama ditopang oleh investasi yang tumbuh kuat dan ekspor luar negeri yang membaik meski terbatas. Serta pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat untuk menekan penyebaran Covid-19 menjelang libur akhir tahun, menahan perbaikan kinerja ekonomi Sulawesi Selatan untuk dapat tumbuh positif,” jelas politisi PPP itu.
Pada triwulan IV 2020 lanjut Amir, tingkat inflasi Sulawesi Selatan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi menurutnya disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sedangkan penyumbang inflasi salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga rokok kretek filter setelah penerapan harga jual eceran rokok.
“Implikasi pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang mengalami perlambatan dan penurunan penerimaan negara, serta peningkatan belanja negara. Sehingga diperlukan berbagai upaya pemerintah untuk melakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, social safety net, serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak,” tutur legislator dapil Sulsel I tersebut.
Meski demikian Amir menuturkan sejumlah upaya dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Selatan untuk menjaga stabilitas harga guna mendukung pemulihan ekonomi. “Tekanan inflasi triwulan II 2021 diperkirakan meningkat namun tetap terjaga dalam rentang 3,0 persen ±1,0 persen (yoy). TPID dalam menjaga stabilitas harga untuk keseluruhan tahun 2021 akan diperkuat guna mendukung sinergi pemulihan ekonomi,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengungkapkan selama tahun 2020 kinerja Perekonomian Sulawesi Selatan masih berada di atas Nasional. “Konsumsi RT dan Investasi menyumbang hampir 90 persen ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2020, perbaikan kedua komponen tersebut mendukung pemulihan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan IV 2020. Secara sektoral perbaikan juga tercermin pada lapangan usaha yang mendukung pemenuhan konsumsi masyarakat dan investasi bangunan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya menuturkan, Sulsel berpotensi menjadi pusat ekonomi dan perdagangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). “Sebagai hub kawasan timur Indonesia, Sulsel memiliki keunggulan dibandingkan dengan provinsi lainnya. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin menyumbang 85 persen dari total Penumpang KTI. Selain itu, pengembangan infrastruktur konektivitas di Sulsel juga mendukung pertumbuhan lebih tinggi,” jelasnya.
Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI turut diikuti sejumlh Anggota Komisi XI DPR RI lain diantaranya, Muhidin M. Said (F-Golkar), Satori (F-NasDem), Farida Hidayati (F-PKB), dan Hermusa Oktaviani (F-Demokrat). Kunjungan kerja yang dilakukan oleh Komisi XI DPR RI ke Provinsi Sulawesi Selatan bertujuan untuk melakukan pengawasan terhadap perkembangan pertumbuhan perekonomian dan pengendalian inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan. (tra/es)