OVO Organisasi Menjadi Transparan Dan Inovatif

Jakarta, 18 Maret 2021 – OVO, sebagai platform pembayaran digital, rewards dan layanan finansial terdepan di Indonesia – senantiasa berinovasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan tentunya memberikan pelayanan terbaik bagi semua penggunanya. Salah satu cara yang dilakukan OVO untuk mendorong kedua hal tersebut adalah dengan membangun budaya perusahaan yang berbasiskan data.

Menurut Chief of Staff & Interim Chief of People OVO, Shirly Hardjono, budaya perusahaan berbasis data penting dibangun supaya terbentuk lingkungan operasional yang senantiasa mengacu pada hasil riset dan analisa data dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting dilakukan agar pencapaian dan hasil dari setiap inisiatif dapat diukur, sehingga dapat menilai dan mengetahui inisiatif mana yang paling efektif. Secara keseluruhan, budaya perusahaan berbasis data bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektifitas perusahaan, yang pada akhirnya dapat menghadirkan pengalaman dan layanan yang unggul bagi pengguna OVO.

Read More

“Di OVO, kami percaya bahwa dengan mengadopsi strategi dan operasional berbasiskan data dapat mempertahankan daya saing kami di kancah global yang semakin sengit di era digital saat ini. Data merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pemecahan suatu masalah dan dalam membuat keputusan bisnis. Data juga berperan penting dalam membantu memformulasikan pengembangan dan kesempatan bisnis yang berkaitan dengan pertumbuhan perusahaan dan peningkatan layanan/pengalaman bagi pengguna,” papar Shirly.

“Seperti contohnya disaat tim OVO ingin meluncurkan produk atau fitur baru, kami terlebih dahulu mempelajari proses pembelian produk yang terdahulu atau lainnya serta memperhatikan apabila ada ganjalan dalam proses customer journey tersebut. Atau sebaliknya ada fitur yang sangat diminati karena rasio click-through yang tinggi. Dengan begitu, kami bisa melakukan analisa dan memastikan agar pengguna OVO mendapatkan pengalaman dan manfaat terbaik dari setiap produk atau fitur yang kami hadirkan,” lanjut Shirly.

“Walau demikian, implementasi budaya berbasis data di OVO tidak hanya berfokus pada wawasan berbasis fakta untuk mendorong proses pengambilan keputusan yang lebih baik. Bagi kami di OVO, data saja tidak cukup bisa memberikan gambaran yang lengkap. Pengalaman serta penilaian yang membuat dasar-dasar strategi dan pemecahan masalah tetap penting,” Shirly menegaskan.

Selain itu, budaya perusahaan berbasis data yang diterapkan di OVO pun menghadirkan lingkungan perusahaan yang lebih profesional dan transparan karena penilaian menjadi lebih objektif, sehingga mendorong semua lini karyawan untuk menjadi lebih inovatif.

Dengan pemanfaatan data, perusahaan seperti OVO memiliki ukuran dan acuan yang lebih objektif dari kinerja setiap inisiatif dan tim. Manajemen perusahaan  dapat merencanakan inisiatif atau memberi penghargaan kepada tim dengan tepat dan secara objektif, memahami betapa pentingnya penghargaan maupun pengakuan atas kinerja tim dan inisiatif yang berdampak signifikan bagi kemajuan OVO.

“Kami memiliki tujuan dan tolak ukur pencapaian tersendiri, sehingga semua orang dapat melihat dan mengukur bagaimana pencapaian mereka maupun rekan kerja, serta kontribusi pada tujuan yang lebih besar,” lanjut Shirly.

Raymond Au, Head of Behavioral and Data Services OVO, menegaskan bahwa penerapan budaya berbasis data menuntut perubahan pola pikir yang lebih dari sekadar perubahan proses. Menurut Raymond, ada tiga hal yang sangat penting untuk menciptakan kerangka kerja yang tepat dalam upaya membangun budaya yang berfokus pada data.

Pertama, adalah literasi data, di mana OVO berusaha menciptakan literasi data dengan memberikan kesempatan yang sifatnya edukatif bagi seluruh karyawan agar mereka menjadi lebih melek data. Hal ini menjadi sebuah kemutlakan agar seluruh departemen dapat bersinergi menuju tujuan yang sama.

Pola pikir yang perlu ditanamkan adalah bahwa data merupakan aset organisasi, bukan hanya aset departemen, sehingga setiap karyawan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menganalisis data mereka dan berbagi wawasan dalam organisasi,” papar Raymond.

Poin kedua, adalah keamanan data. OVO selalu mematuhi peraturan akan perlindungan data konsumen dan berkomitmen dalam menangani keamanan dan privasi data pengguna dengan sangat serius. OVO juga menerapkan sistem keamanan berlapis dalam proses pengisian data di aplikasi yang tentunya dapat melindungi data perusahaan dan pengguna dari serangan siber.

Poin terakhir, ialah bagaimana OVO dituntut agar dapat fleksibel dalam mengukur kesuksesan dan kinerja perusahaan yang berfokus pada data. “Kami percaya apabila kita ingin bergerak cepat kita harus siap untuk berbuat kesalahan. Oleh karena itu kami tidak menghukum karyawan atas kesalahannya, tetapi justru belajar dari kesalahan tersebut. Pola pikir seperti ini sangat membantu dalam mengukur kesuksesan dan kinerja kami serta melihat inisiatif apa yang berhasil maupun tidak, dan tentunya memastikan cara terbaik untuk perbaikan kedepannya,” tutup Shirly.

Related posts

Leave a Reply