Jakarta 20 November 2017 – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mendistribusikan 7.255 bantuan alat penangkapan ikan (API) ramah lingkungan ke nelayan seluruh Indonesia pada 2017. Ini dilaporkan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Sjarief Widjaja melalui konferensi pers di Kantor KKP Jakarta,Senin (19/11).
“Syarat untuk mendapatkan bantuan ini adalah nelayan dengan kapal di bawah 10 Gross Tonnage (GT). Selain itu juga wajib memiliki kartu nelayan dan tergabung dalam koperasi nelayan,” ungkap Sjarief.
Agar API ramah lingkungan tepat manfaat dan tepat sasaran, pihaknya telah melakukan verifikasi kepada calon penerima bantuan. Semula calon penerima bantuan ini dipilih atas usulan per daerah kemudian diverifikasi oleh perguruan tinggi dan Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang.
“Tim pengadaan bantuan API ramah lingkungan ini telah melakukan verifikasi kepada calon penerima bantuan dari usulan daerah. Verifikasi juga melibatkan perguruan tinggi dan Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang. Kita harapkan benar-benar tepat manfaat dan tepat sasaran,” terang Sjarief.
Lebih lanjut, Sjarief menyampaikan bahwa jenis bantuan API ramah lingkungan ini disesuaikan dengan target penangkapan ikan penerima bantuan. Ikan pelagis dengan gilllnet dan bubu lipat ikan, udang atau kepiting menggunakan trammel net dan bubu rajungan, sedangkan ikan dasar menggunakan rawai dasar, rawai hanyut atau handline.
Jika dihitung sejak 2015, total bantuan API ramah lingkungan saat ini mencapai 9.021 paket. Bantuan tersebut berupa gillnet millenium, trammel net, bubu ikan, bubu rajungan, rawai, handline dan pancing tonda.
Dipaparkan oleh Sjarief, bantuan API ramah lingkungan ini sejalan dengan pilar kesejahteraan KKP. DJPT terus berkomitmen untuk membantu nelayan dalam meningkatkan pendapatan dan perekonomiannya. Bantuan ini diharapkan dapat dioptimalkan oleh nelayan untuk menangkap ikan yang semakin berlimpah karena kebijakan dan tindakan nyata KKP dalam memberantas illegal, unregulated dan unreported (IUU) fishing.
Sjarief melanjutkan, dalam dua bulan terakhir penyerahan bantuan API ramah lingkungan telah dilaksanakan di berbagai daerah serta mendapat respon yang positif dari nelayan. Penyerahan melibatkan pihak-pihak terkait termasuk pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, DPR/DPRD dan asosiasi nelayan seperti Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI). Nelayan merasa senang dan terbantu dengan adanya bantuan pemerintah alih API tidak ramah lingkungan ke API ramah lingkungan.
“Dalam prosesi penyerahan bantuan, kami juga melakukan dialog dengan nelayan. Kita terus mendengarkan apa kemauan nelayan, sosialisasi dan fasilitasi terus kami lakukan agar nelayan benar-benar dapat mengoptimalkan bantuan pemerintah untuk memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya ikan Indonesia yang kian melimpah,” jelas Sjarief.
Nelayan Karangsong, Indramayu, Akil menyatakan kegembiraanya usai melaut menggunakan jaring gillnet millenium. Dia mengaku hasil tangkapannya bagus dan banyak dibandingkan menggunakan jaring cantrang yang sedikit produksi tangkapan ikannya.
Senada dengan Akil, Iskandar yang merupakan nelayan Karangsong Indramayu juga membenarkan bahwa cantrang tidak menguntungkan nelayan. “Apabila menggunakan cantrang, semua yang di dasar laut akan terangkut seperti batu, krakal, lumut dan sampah. Lebih baik pakai gillnet. Ikan saja yang terjaring dan jumlahnya banyak. Satu hari melaut bisa dapat ikan mencapai 1 ton,” tandasnya.