Jakarta, 31 Oktober 2019 – PT Prodia Widyahusada Tbk (Kode saham: PRDA) berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan bersih 10,9% menjadi sebesar Rp 1,24 triliun pada kuartal III 2019.
Kenaikan pendapatan bersih Perseroan ditopang oleh peningkatan pendapatan dari setiap segmen pelanggan. Pada kuartal III 2019, jumlah pemeriksaan mencapai 11,5 juta dan jumlah kunjungan mencapai 1,8 juta. Jumlah tersebut masing-masing mengalami kenaikan sebesar 5,4% dan 5,8 % dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Laba kotor Perseroan juga tumbuh sebesar 11,8% menjadi sebesar Rp 722,27 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 645,99 miliar. Setelah dikurangi dengan pos beban usaha dan beban lain-lain, Perseroan mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 120,97 miliar pada kuartal III 2019, naik 13,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai Rp 106,49 miliar. EBITDA juga mengalami peningkatan menjadi Rp 188,78 miliar dari Rp 166,02 miliar di tahun sebelumnya.
“Pencapaian pendapatan dan laba bersih Perseroan pada kuartal III 2019 ini menunjukkan konsistensi Prodia dalam mempertahankan kinerja keuangan yang solid sehingga kami dapat terus memberikan nilai tambah dan imbal hasil yang baik bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan Perseroan. Kami terus fokus pada upaya peningkatan pendapatan, intensifikasi perluasan pasar, efisiensi berkelanjutan, serta optimalisasi penggunaan teknologi dan sistem automasi laboratorium,” ungkap Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk Dewi Muliaty di Jakarta (31/10).
Per 30 September 2019, total Ekuitas naik menjadi sebesar Rp 1.577,88 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1.562,17 miliar. Dari sisi arus kas, Perseroan berhasil mempertahankan arus kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi per 30 September 2019 dalam posisi surplus menjadi sebesar Rp 267,90 miliar, atau naik sebesar 110,84% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 127,06 miliar. Surplus arus kas ini disebabkan oleh kenaikan arus kas masuk dari pelanggan.
Total aset Perseroan menjadi sebesar Rp 1.945,53 miliar, yang terdiri dari aset lancar Rp 1.173,03 miliar dan aset tidak lancar menjadi Rp 772,49 miliar. Sedangkan, total liabilitas menjadi Rp 367,65 miliar dengan total liabilitas jangka pendek Rp 117,94 miliar dan total liabilitas jangka panjang Rp 249,70 miliar.
Adapun penurunan liabilitas jangka pendek Perseroan sebesar Rp 46,34 miliar atau sebesar 28,2%, yang disebabkan penurunan hutang bank jangka panjang jatuh tempo satu tahun sebesar Rp 17,31 miliar atau sebesar 84,1% akibat pembayaran cicilan hutang dan tidak adanya penambahan atas hutang bank sampai dengan periode September 2019.
Per 30 September 2019, Perseroan telah menggunakan dana hasil penawaran umum sebesar Rp 519,09 miliar dari total dana hasil bersih penawaran umum senilai kurang lebih Rp 1.148 miliar. Dari total dana hasil IPO yang telah digunakan per 30 September 2019, sebesar Rp 342,70 miliar digunakan untuk pengembangan jejaring outlet, Rp 89,05 miliar untuk peningkatan kemampuan dan kualitas layanan, dan sekitar Rp 87,33 miliar untuk modal kerja.
Hingga September 2019 ini, Prodia juga memperkenalkan tes pemeriksaan baru diantaranya DIArisk untuk memprediksi risiko diabetes pada individu, TENSrisk untuk melihat risiko hipertensi, pemeriksaan Nutrigenomik yang mempelajari faktor genetika terhadap kesehatan serta bagaimana tubuh merespons nutrisi dan kebiasaan olahraga.
Perseroan telah memiliki 283 outlet di 34 provinsi dan 125 kota per 30 September 2019. Perseroan juga telah melakukan relokasi cabang dan membuka cabang baru di beberapa daerah diantaranya Kemang, Tangerang City, Depok, Panakkukang, Pontianak dan Jatiwaringin, serta membuka layanan specialty clinics Prodia Senior Health Centre di Surabaya.
Hotel Santika Premiere Bintaro, Prodia, UPH, Hotel Santika Premiere ICE-BSD City, BPSDM PUPR, Intiwhiz, Indocomtech, Synnex Metrodata, Inspirational Video, Motivational Video