Keberagaman, dan ternyata keragaman itu menjadikan sikap inklusif yang penting bagi masyarakat dunia. Kita juga meyakini terhadap demokrasi menjadi tanggung jawab bersama sebagai warga negara yang menganut sistem tersebut.
Kanada dan Indonesia yang berjarak ribuan kilometer dan bahkan, hampir berada di sisi berlawanan dunia – tetapi kita memiliki banyak kesamaan.
Demikian tutur Duta Besar Untuk Indonesia H.E. Peter Mac Arthur saat menjadi narasumber kuliah umum di gedung Prof. RHA. Soenarjo, SH. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa (19/3). Pada kesempatan tersebut hadir Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. KH. Drs. Yudian Wahyudi, Ph.D, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama. Dr.H. Waryono, M.Ag. dan dosen UIN Sunan Kalijaga lulusan Mc Gill University serta mahasiswa.
Mac Arthur menjelaskan kesamaan Kanada dan Indonesia, negara yang luas dengan kondisi geografis beragam dan keindahan alam mempesona yang terdiri dari, hutan, danau, sungai, pesisir, pegunungan dan satwa liar. Selain itu juga dengan keberagaman penduduk, yang menjadi rumah bagi masyarakat dari berbagai etnis, tradisi, budaya, agama serta beragam bahasa. “Keberagaman yang Anda lihat saat ini adalah keputusan masyarakat Kanada, bukan semata-mata kebetulan”, kata Mac Arthur.
Sebagaimana Mac Arthur mengutip pidato Presiden Soekarno pada 1956 di hadapan Parlemen Kanada saat menjadi pemimpin Asia. Dalam pidatonya Soekarno mengatakan salah satu fenomena paling luar biasa dalam sejarah modern bahwa bangsa Indonesia, walau mendiami 3.000 pulau tapi dipersatukan sebagai satu bangsa, tanpa tekanan, paksaan, perang saudara. Dengan kata lain, menurut Mac Arthur, Indonesia dirancang oleh para pendirinya sebagai bentuk gagasan hidup dari Bhinneka Tunggal Ika.
“Kata-kata tersebut bahkan lebih relevan saat ini dan dapat diterapkan pada negara kita. Keberagaman di Kanada dan Indonesia adalah sebuah fakta, tetapi inklusivitas adalah pilihan. Dan dampak dari inklusif sangat luas,” tutur Mac Arthur.
Menurut Mac Arthur dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia, Perserikatan Bangsa Bangsa dan lainnya semakin menunjukkan bahwa negara-negara yang beragam dan inklusif lebih berhasil. Mereka memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi, kemiskinan lebih rendah, kualitas kesehatan membaik dan pendidikan meningkat dan secara umum lebih aman dan damai.
“Hal inilah yang benar-benar dialami oleh Kanada. Kontribusi dari warga Kanada yang baru tercermin dalam tingkat kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, hubungan sosial yang lebih baik dan tingkat kebahagiaan yang tinggi, serta kreatifitas yang lebih kaya dan beberapa masakan internasional terbaik di dunia”, tambah Mac Arthur.
Setelah melaksanakan seminar Mac Arthur menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan dosen UIN Sunan Kalijaga yang pernah studi di Mc Gill University Kanada. Dari pertemua tersebut beberapa program muncul diantaranya beasiswa dan pendidikan Kanada-ASEAN untuk pembangunan. Mengirim dosen muda ke Montreal University untuk studi lanjut dan mendorong generasi muda termasuk mahasiswa dan dosen melakukan riset di tingkat internasional.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. KH. Drs. Yudian Wahyudi, Ph.D,secara pribadi merasa terhormat kedatangan Duta Besar Kanada. Yudian menyampaikan bahwa kerjasama antara Kanada dan Indonesia dalam kerangka yang lebih spesifik perlu dicanangkan lagi. Internasionalisasi UIN Sunan Kalijaga sudah di depan mata, sehingga membutuhkan kerjasama dengan dunia internasional dalam tataran yang lebih luas, tidak hanya terkait pengiriman dosen, tetapi juga kerjasama untuk joint publication.
“Salah satu target dari akreditasi pada empat tahun mendatang, adalah tercapainya sembilan kriteria standar mutu. Dalam kriteria tersebut, internasionalisasi memegang porsi sampai dengan 40%, sehingga tercapai tujuan sebagai world class university merupakan suatu keharusan”, tutur Yudian Wahyudi yang juga President of Asian Islamic Universities Association (AIUA).
Selain itu juga Dubes Kanada mengunjungi Canadian Corner yang berada di Unit Pengolahan Teknis (UPT) Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dan menyaksikan screening film yang diproduksi oleh negara yang mempunyai air terjun Niagara itu.