Papua Masih Aman Dari Wabah Difteri

Sekretaris Daerah (Sekda) Papua Hery Dosinaen memastikan provinsi tertimur di Indonesia ini, masih aman dari wabah difteri yang telah menimbulkan korban jiwa di sejumlah daerah.

“Sampai saat ini belum ada laporan mengenai penyakit yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan dan kini sudah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB), yakni difteri”.

“Intinya untuk sementara di Papua belum ada laporan kejadian. Hanya kami sudah lapor pimpinan agar segera ada langkah-langkah konkrit yang dilakukan guna melakukan pencegahan,” terang dia di Jayapura, Selasa (12/12) petang.

Kendati belum masuk Papua, Sekda menilai penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae dan telah memakan puluhan korban jiwa di 20 provinsi tersebut, wajib diwaspadai.

Baca juga  Walikota Risma Akan Buka Festival Kuliner Suroboyo di Jakarta

Sehingga untuk mengantisipasi merebaknya wabah penyakit difteri, pihaknya dalam waktu dekat akan memanggil Dinas Kesehatan Provinsi Papua, untuk mengkomunikasikan upaya pencegahan.

“Apalagi arus barang dan orang yang masuk ke Papua ini kan sangat banyak. Sehingga kita akan panggil instansi terkait untuk nantinya menindaklanjuti dengan pihak tertentu, mencegah masuknya virus ini,” kata dia.

Sementara dikutip dari alodokter.com, tercatat ada 7.097 kasus difteri yang dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2016. Di antara angka tersebut, Indonesia turut menyumbang 342 kasus.

Difteri termasuk salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi difteri yang dikombinasikan dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus ini disebut dengan imunisasi DTP.

Baca juga  Ajak Generasi Muda Cinta Lingkungan, KLHK-LIA Gelar ECoFest 2019

Sebelum usia 1 tahun, anak diwajibkan mendapat 3 kali imunisasi DTP. Cakupan anak-anak yang mendapat imunisasi DTP sampai dengan 3 kali di Indonesia, pada tahun 2016, sebesar 84%. Jumlahnya menurun jika dibandingkan dengan cakupan DTP yang pertama, yaitu 90%.

Penyebab Difteri

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.  Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti, terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk. Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.

Gejala Difteri

Difteri umumnya memiliki masa inkubasi atau rentang waktu sejak bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul 2 hingga 5 hari. Gejala-gejala dari penyakit ini meliputi, terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel. Selanjutnya mengalami demam dan menggigil, sakit tenggorokan, suara serak, sulit bernapas atau napas yang cepat.

Baca juga  Kementerian PUPR Alokasikan Bantuan untuk 5.500 Unit RTLH di Sumatera Barat

Menyusul pembengkakan kelenjar limfe pada leher, lemas dan lelah. Kemudian, pilek yang awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang bercampur darah. Segera periksakan diri ke dokter jika anda atau anak anda menunjukkan gejala-gejala di atas. Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah komplikasi.