Presiden Ri Hijaukan Hulu Agar Citarum Kembali Harum

Bandung, 22 Februari 2018 – Presiden RI Jokowi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bersama masyarakat sekitar menanam 1.000 batang pohon untuk hijaukan hulu Citarum di Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Kamis (22/2/2018). Penanaman ini sebagai aksi nyata komitmen pemerintah dalam Restorasi Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Secara simbolis Presiden Jokowi menanam pohon Manglid (Manglietia glauca), dan Siti Nurbaya, Damar (Agathis dammara).

Jokowi berharap lahan di hulu Citarum dapat hijau baik oleh tanaman ekologis maupun bernilai ekonomis seperti jenis yang ditanam hari ini. Jenis lainnya yaitu Buni (Antidesma bunnius), serta Puspa (Schima wallichii).
Jokowi mengatakan kegiatan rehabilitasi Citarum sudah dimulai sejak 1 Februari 2018 dan diharapkan akan selesai dalam 7 tahun. “Bukan hanya di hulu yang dibenahi tapi juga di tengah dan hilir. Semua akan dikerjakan secara terintegrasi dari pemerintah pusat, provinsi, daerah, Pangdam dan Kapolda mengerjakan secara gotong royong penanganan Citarum ini”, ucap Jokowi.
Sungai Citarum merupakan sumber penghidupan bagi 28 juta penduduk baik yang ada di Jawa Barat maupun yang ada di DKI Jakarta. Dan 80 persen air minum masyarakat Jakarta, penduduk Jakarta itu bersumber dari Sungai Citarum. Ini supaya kita ketahui.
Di samping itu juga 420.000 hektare lahan pertanian airnya juga bersumber dari Sungai Citarum. Serta, ada 3 (tiga) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yakni Saguling, Cirata, dan Jatiluhur yang dibangun di aliran sungai ini. Ketiganya mampu menghasilkan 1.400 megawatt pasokan listrik.
Namun kondisi Citarum saat ini tercemar akibat sampah dan limbah. 90% industri bahkan tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Akibatnya, 340.000 ton limbah cair mengalir di Sungai Citarum setiap harinya. Tercatat, 15 juta jiwa hidup di bantaran sungai. Hasil survei Kodam III Siliwangi menyebutkan, tiap harinya 35,5 ton tinja manusia dibuang langsung ke sungai. Pertumbuhan penduduk pun berbanding lurus dengan volume sampah yang terus bertambah hingga hilir, mencemari perairan Laut Jawa. Untuk itu diperlukan penanganan terintegrasi dari hulu hingga hilir oleh semua pihak.