Peluncuran Program Samigaluh Tanggap Globalisasi

Pembangunan adalah hajatan masyarakat dan bisa terselenggara karena ditopang oleh dana publik seperti pajak dari masyarakat. Menghadapi dampak dari New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang akan diikuti dengan proyek Bedah Menoreh, warga masyarakatnya harus dipersiapkan. Samigaluh Tanggap Globalisasi Tanggungjawab Bersama Umat Beragama adalah program yang dirancang bersama warga masyarakat dan difasilitasi oleh sivitas akademika untuk mempertemukan pembuat kebijakan yaitu pemerintah dan masyarakat sipil sehingga bisa duduk bersama merencanakan kegiatan pembangunan yang akan melintasi daerahnya.

Pusat Studi Pembangunan dan Transformasi Masyarakat (PSPTM) Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerjasama dengan Yayasan Griya Jati Rasa, Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Kreativitas Bangsa untuk Keadilan dan Perdamaian menginisiasi program pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Samigaluh melalui penguatan produk keunggulan berbasis desa. Ketujuh produk unggulan tersebut adalah teh Menoreh, kopi, coklat; kambing ettawa; tanaman organik dan pengolahan makanan lokal; kayu dan bambu; homestay, konservasi alam dan trekking; serta olahan kelapa. Produk unggulan ini memerlukan strategi pemasaran, sehingga produksi harus ditopang dengan penguatan kapasitas manajemen anggota dalam berkelompok dan berjejaring untuk meluaskan pasarannya di luar desa masing-masing. Penguatan jejaring ini dilakukan secara gotong-royong dengan membangun pemahaman dan praktek mutu (best practices) yang dilakukan dalam organisasi ekonomi kerakyatan yaitu koperasi. Masing-masing anggota koperasi didorong untuk terus mengembangkan kreativitas usahanya.

Baca juga  Kilas Balik 2017: Melihat Kebiasaan Belanja Online Konsumen Indonesia dan Prediksi Tahun 2018

Penyelenggaraan Program Samigaluh Tanggap Globalisasi Tanggungjawab Bersama Umat Beragama, yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 31 Mei 2018 di Ruang Seminar Pdt Dr. Rudy Budiman UKDW, bertujuan untuk mempersiapkan warga Yogyakarta terutama anggota masyarakat yang terdampak dari New Yogyakarta International Airport dan Bedah Menoreh. Lokakarya ini merupakan rangkaian kedua dari 13 kegiatan Program Samigaluh Tanggap Globalisasi yang mulai diselenggarakan pada tanggal 18 Mei 2018 sampai dengan selesainya program pada tahun anggaran 2019. Program yang dibiayai melalui grant dari Presbyterian Women, Amerika Serikat, menghadirkan kurang lebih 150 peserta terdiri dari unsur pemerintah, Organisasi Perangkat Daerah, BUMN, sivitas akademika UKDW, tokoh dan aktivis organisasi masyarakat, wakil-wakil kelompok produk unggulan dan anggota Koperasi Griya Jati Rasa, dan diluncurkan oleh Moedji Rahardjo, SH., M.Hum., Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Ekonomi dan Pembangunan selaku perwakilan dari Gubernur DI.Yogyakarta.

Melalui lokakarya ini diharapkan peserta mampu membuat peta kegiatan yang dapat dipantau oleh berbagai pihak, baik pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi maupun masyarakat sipil. Tujuan penyiapan anggota masyarakat adalah untuk mendorong peningkatan pengetahuan, keterampilan mereka dalam menyambut fungsi baru dari daerahnya sebagai bagian dari kawasan wisata nasional penyangga Borobudur. Mendekatkan NYIA ke Borobudur dari Yogyakarta sekaligus menunjukkan bahwa pintu masuk ke Borobudur dalam pengiklanannya di luar negeri adalah melalui Yogyakarta. Warga Yogyakarta perlu mengerti dampak transformasi sosial yang akan terjadi karena NYIA dan Bedah Menoreh serta upaya mengatasinya sejak dini.

Baca juga  AMD Tunjukkan Kepemimpinan Platform PC Untuk Para Gamer di Seluruh Dunia Pada Ajang E3 2019

Desain program Lokakarya terbagi atas empat tahap. Pertama, penyampaikan pandangan umum tentang pembangunan NYIA dan Bedah Menoreh sebagai bagian dari peran umat beragama. Kualitas umat beragama diperlukan untuk menyamai standarisasi kualitas produksi yang diharapkan dapat ditingkatkan melalui program Samigaluh Tanggap Globalisasi, sekaligus kualitas organisasi ekonomi kerakyatan yang perlu dipenuhi supaya warga dapat terlibat secara penuh dalam pembangunan nasional. Kegiatan Lokakarya ini dibuka dengan doa baik secara Kristiani maupun secara Islam.

Kedua, adalah temuan dari tim riset kelayakan yang dengan menggunakan analisa SWOT mencoba memetakan persoalan yang ditemukan dalam upaya pemberdayaan kelompok produksi unggulan, serta upaya mengatasinya dengan menggali kekuatan-kekuatan dalam jejaring produksi yang tersedia dalam program Samigaluh Tanggap Globalisasi. Penguatan pengetahuan dan ketrampilan produk unggulan bisa dikerjasama dengan sivitas akademika dari UKDW baik untuk program yang dapat dilakukan di desa maupun melalui internship di universitas. Sementara penguatan mutu praktek diturunkan dari contoh praktek yang sudah dilakukan oleh Koperasi Griya Jati Rasa yang telah melakukan pembinaan kepada anggotanya di seluruh Yogyakarta maupun yang juga adalah beberapa kelompok produk unggulan di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

Ketiga adalah presentasi tentang “business plan” dari ketujuh kelompok produk unggulan dengan didampingi oleh anggota tim riset kelayakan. Keempat adalah pembahasan tentang turunan riset dosen di lingkungan UKDW maupun program modelling untuk mahasiswa S2 Magister Manajemen, Fakultas Bisnis, UKDW. Kegiatan ini ditutup dengan perumusan jadwal kegiatan Program Samigaluh Tanggap Globalisasi sehingga dapat dikawal oleh semua pihak terkait untuk menjaminkan pencapaian indikator program yang sudah dibahas bersama-sama.

Baca juga  Pelatihan Bela Negara CPNS Kementerian PUPR Pupuk Kebersamaan Dalam Bekerja

Dalam sambutannya, Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. menyampaikan bahwa tujuan UKDW melalui program ini adalah untuk mendampingi dan menguatkan program kegiatan dari masyarakat Samigaluh dalam menghadapi dampak pembangunan. “Kami ingin nantinya masyarakat Samigaluh tidak hanya menjadi penonton, tetapi sebagai pelaku yang berperan aktif dalam pembangunan di Samigaluh sendiri dan di Yogyakarta pada umumnya terutama untuk menghadapi dampak pembangunan NYIA dan bedah Menoreh,” tambahnya. Henry Feriadi menjelaskan bahwa hal ini merupakan wujud panggilan UKDW sebagai sebuah institusi pendidikan, UKDW tidak ingin menjadi menara gading, tanpa melihat realitas yang terjadi di masyarakat. “UKDW merupakan bagian dari masyarakat, kami berharap keahlian dari dosen-dosen UKDW dapat disalurkan untuk mendampingi Samigaluh supaya lebih kuat dan bersaing di era globalisasi ini,” pungkasnya.