Obat Herbal Kurang Diminati, Ini Dia Rekomendasi Produk dari Para Ahli

Penggunaan obat herbal sebagai alternatif penyembuhan penyakit perlu digalakkan oleh banyak pihak. Di Amerika Serikat dan Eropa contohnya, konsumsi tanaman obat untuk pencegahan dan pengobatan kian meningkat, namun tidak demikian di Indonesia.

Guru Besar Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU),   Prof. dr. H. Aznan Lelo, Ph.D., SpFK., berpendapat, obat herbal banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia namun kurang diterima dikalangan dokter. Hal itu disebabkan karena adanya keterbatasan dalam penulisan resep untuk sediaan jadi, sementara obat herbal tersedia dalam berbagai bentuk dan memerlukan pengolahan atau peracikan tersendiri sebelum digunakan.

“Kebebasan masyarakat menggunakan obat herbal perlu diwaspadai karena obat herbal tidak luput dari efek yang merugikan. Belum lagi interaksinya bila diberikan bersamaan dengan obat modern atau sedia jadi, dikombinasikan dengan obat herbal lainnya atau dengan makanan sehari-hari, sehingga obat herbal bisa jadi kawan, bisa juga lawan,” jelas Prof. dr. Aznan Lelo, PhD., SpFK., di depan forum yang dihadiri oleh 600 dokter umum dan spesialis penyakit dalam pada seminar kesehatan yang berjudul “Peranan Complementary And Alternative Medicine Dalam Manajemen Pengobatan Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2” di Hotel AdiMulia, Medan, Sumatera Utara.

Dalam presentasinya yang berjudul “Obat Herbal, Kawan atau Lawan”, pemenang Kick Andy Heros 2017 ini mengatakan, upaya pemerintah untuk menggalakkan penggunaan obat herbal perlu ditunjang dengan penyebaran informasi lengkap dari obat herbal itu sendiri dengan bukti klinik yang teruji. “Bagi sejawat yang faham dan yakin dengan keunggulan obat herbal dapat memberitahukan kepada pasiennya dengan informasi yang jelas, sehingga pasien benar dalam menggunakan dan memperoleh manfaatnya,” tandasnya.

Baca juga  Accenture dan SAP Bersama Matangkan SAP S/4HANA dan Perkuat Supply Chain Digital

Menurutnya, Sozo Formula Manggata 1 (SoMan) adalah salah satu obat tradisional yang bisa menjadi “kawan” karena telah teruji klinik untuk pengobatan penyakit diabetes. “Berdasarkan apa yang dikerjakan oleh pihak SoMan, saya menilai SoMan adalah kawan, bukan lawan. Bukan karena saya diundang diacara ini, lalu saya bilang SoMan itu kawan, tapi melihat dari apa yang sudah dilakukan SoMan selama ini, mulai dari pengkajian penggunaan bahan baku hingga penelitian di UGM,” ujarnya.

Menurut kaidah Badan Kesehatan Dunia (WHO) jika ingin menggunakan bahan tanaman obat, sebaiknya gunakan tanaman obat tersebut secara keseluruhan. Fatwa tersebut, imbuhnya, bukan berarti harus dilaksanakan demikian, tetapi harus dikaji kembali bagian mana yang bisa digunakan untuk mendapatkan manfaatnya. Misalnya, akar, batang, atau buahnya saja yang diperkirakan bermanfaat bagi tubuh. “SoMan sudah mengkaji hal-hal tersebut, lalu dikumpulkannya, kemudian diramu hingga menjadi produk yang dicoba ke manusia dan ternyata berkhasiat,” pungkasnya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Farmasi Klinik sekaligus Tim Ketua Peniliti SoMan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., menjelaskan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun termurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. “Terdapat pengelompokkan obat tradisional di Indonesia, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka,” paparnya.

Baca juga  Prodi Akuntansi Mengadakan Seminar Riset Perpajakan dan Keuangan

Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., menguraikan, pengujian SoMan dilakukan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mulai bulan Desember 2015 hingga Mei 2016. Dalam pengujiannya, Tim Peneliti melibatkan pasien DM tipe 2 (yang tidak tergantung insulin) di mana metode penilitiannya berupa randomized controlled trial, double blind, consecutive sampling, dan random allocation.

Kriteria sampel pengujian meliputi ; pasien DM, usia 35-60 tahun, pria dan wanita, pasien dengan kadar gula darah lebih dari 126 mg/dL, pasien dengan HbA1C lebih dari 7%, pasien yang menggunakan antidiabetes metformin.

Selama pengujian berlangsung, sampel penelitian dikelompokkan menjadi dua yakni; kelompok yang diberi SoMan dan Metformin, dan kelompok yang tidak diberi SoMan (Plasebo) dan Metformin. “Penggunaan Jamu Tetes SoMan dengan dosis 10 tetes 3 kali sehari selama 3 bulan yang dikombinasikan dengan metformin menunjukkan penurunan FPG yang signifikan dibandingkan dengan kombinasi plasebo dan metformin,” jelas Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt.

Dalam pengujian tersebut juga didapatkan hasil di mana sampel penelitian merasakan perbaikan penyakit penyerta. Misalnya, tidak mudah lelah, tidak lagi kesemutan, BAB lancar, nyeri tumit berangsur berkurang, merasa fit dan daya tahan tubuh membaik, tidak mudah merasa kantuk.

SoMan adalah jamu tradisional yang menggunakan 39 bahan alam seperti 18 macam buah, 14 sayur-sayuran, dan 7 aneka rempah terpilih yang direkomendasikan untuk memelihara daya tahan tubuh dan sebagai pendamping pemulihan kesehatan, salah satunya mampu membantu menurunkan kadar gula darah puasa.

Baca juga  TAUZIA Hotels Meraih 3 Penghargaan di ‘The Most Experiential Brand Activation Award 2018’

Konsultan Medis PT Soman Indonesia, dr. I Ketut Widana, M.App., Sc., menjelaskan , SoMan akan memberikan nutrisi pada sel-sel beta pankreas agar regenerasi sel beta pankreas berjalan optimal dan terjadi perbaikan pada sel yang rusak. Setelah terjadi proses perbaikan, SoMan juga akan merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin yang berkualitas dan cukup untuk mengendalikan gula darah. “Setiap tetesnya mengandung senyawa yang langsung bekerja ke sumber masalah dan bekerja secara farmakologi di dalam tubuh,” ungkapnya.

Meskipun hanya produk dalam kategori jamu, Direktur Utama PT Harvest Gorontalo Indonesia selaku produsen SoMan, M. Yamin Lahay, S.Si., Apt., menambahkan, pihaknya terus mengupayakan peningkatan kualitas dan mutu produk, salah satunya dengan melakukan sejumlah pengujian pra-klinik dan klinik dilembaga kredibel dan independen.

Saat ini, SoMan telah mengantongi hasil pengujian di antaranya ; uji kandungan di Labolatorium Saraswanti di mana SoMan mengandung multivitamin (A,C,E,K), omega (3,6,9), asam amino essensial dan non-essensial, EPA, DHA dan mineral. SoMan juga telah lolos Uji Toksisitas di LPPM IPB, Uji Praklinik Kolesterol di Universitas Pancasila, dan Uji Klinik Gula Darah di UGM. Hal penting lainnya adalah Soman terdaftar resmi di BPOM dan bersertifikat halal dari MUI.